BeritaInvestor.id – Harga batu bara mengalami ambruk setelah mengalami reli yang panjang. Pada perdagangan Selasa (4/7/2023), harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup pada posisi US$ 151,25 per ton, mengalami penurunan sebesar 2,1%. Pelemahan ini menghentikan tren positif harga batu bara yang menguat dalam enam hari perdagangan sebelumnya, dengan kenaikan harga sebesar 11%.
Penurunan harga batu bara ini disebabkan oleh aksi profit taking, melemahnya permintaan dari Eropa, serta berita negatif dari Australia. Impor batu bara dari Eropa diperkirakan mengalami penurunan pada bulan Juni, sejalan dengan perlambatan permintaan dan pasokan yang masih tinggi. Menurut laporan dari Montel, tujuh importir utama Eropa, yaitu Belanda, Belgia, Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan Spanyol, telah mengurangi impor mereka.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Total impor batu bara dari tujuh negara tersebut diperkirakan hanya mencapai 5,1 juta ton pada Juni 2023, turun 22% dibandingkan dengan bulan Mei (month to month/mtm). Jumlah tersebut juga 41% lebih rendah dibandingkan dengan Juni 2022. Belanda sebagai hub impor Eropa hanya mengimpor 1,75 juta ton pada Juni, turun 50% dibandingkan dengan Mei. Penurunan impor dari negara-negara Eropa ini berdampak signifikan pada negara pemasok batu bara, yaitu Australia.
Australia memperkirakan penerimaan negara dari ekspor batu bara akan mengalami penurunan pada tahun fiskal 2022/2023. Meskipun volume ekspor batu bara thermal diperkirakan akan meningkat menjadi 178 juta ton pada 2023/2024, namun harga yang rendah menyebabkan pendapatan menurun.
Harga benchmark batu bara Newcastle, Australia, untuk kualitas 6.000 kilokalori per kg hanya mencapai US$ 158 per ton pada tahun 2023/2024. Harga tersebut mengalami penurunan hampir 50% dibandingkan dengan tahun 2022/2023 yang mencapai US$ 303. Penerimaan dari ekspor batu bara thermal juga turun menjadi A$ 38 miliar pada 2023/2024, mengalami penurunan 41% dibandingkan dengan tahun 2022/2023 yang mencapai A$ 64 miliar. Australia merupakan eksportir terbesar batu bara thermal di dunia setelah Indonesia.
Penurunan harga batu bara juga dipengaruhi oleh tingginya pasokan dari India. Pasokan batu bara di India pada tanggal 30 Juni 2023 mencapai 107,15 juta ton, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 77,86 juta ton pada bulan Juni 2022. Dengan pasokan yang masih cukup tinggi, permintaan impor batu bara dapat semakin menurun. Terlebih lagi, produksi batu bara di India terus meningkat. Produksi batu bara di India mencapai 222,93 juta ton pada periode April-Juni 2023, mengalami kenaikan sebesar 8,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investorAkses Website Berita Investor