Harga batu bara terus mengalami penurunan. Pada perdagangan Rabu (14/6/2023), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup pada US$ 136,15 per ton, mengalami penurunan sebesar 0,80%. Pelemahan ini melanjutkan tren negatif yang terjadi sejak Jumat pekan lalu dan Senin pekan ini, dengan total penurunan mencapai 5,8%.
Penurunan harga batu bara ini disebabkan oleh berita buruk yang datang dari China dan Amerika Serikat (AS). Bank sentral China, People’s Bank of China (PBoC), memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin menjadi 1,9% pada Selasa (13/6/2023). Ini merupakan pelonggaran kebijakan moneter pertama yang dilakukan oleh PBoC sejak Agustus tahun sebelumnya. Sementara itu, bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 5,0-5,25% pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia. Harapan untuk pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus terkubur.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Proyeksi menunjukkan bahwa siklus suku bunga yang tinggi belum akan berakhir. The Fed bahkan mengisyaratkan akan tetap menaikkan suku bunga dua kali lagi tahun ini. Keputusan The Fed ini berpotensi membawa ekonomi AS menuju resesi dan mempengaruhi pertumbuhan global, sehingga menurunkan permintaan akan batu bara.
Selain itu, harga batu bara juga melemah akibat aksi penjualan dari pedagang Eropa. Pedagang Eropa mengekspor kembali batu bara yang mereka beli tahun lalu karena permintaan yang menurun, sementara pasokan terus bertambah. Impor batu bara Eropa mengalami penurunan tajam sebesar 41% pada bulan Juni tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Impor gabungan dari Belanda, Jerman, Belgia, Prancis, Inggris, Italia, dan Spanyol diperkirakan hanya mencapai 5,1 juta ton pada Juni, turun 22% dibandingkan Mei 2023. Ini merupakan impor terendah sejak Juni 2021.
Melemahnya impor batu bara Eropa disebabkan oleh harga gas yang lebih murah. Meskipun permintaan dari kawasan Asia diperkirakan akan naik karena adanya gelombang panas di Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, harga batu bara tetap melemah. Gelombang panas ini meningkatkan penggunaan pendingin ruangan dan dapat meningkatkan pembakaran batu bara, namun dampaknya terhadap permintaan impor belum terlihat.
Di India, kebijakan baru telah dikeluarkan yang seharusnya berdampak positif pada permintaan batu bara, meskipun efeknya belum terlihat. Kementerian Listrik India pada Senin (12/6/2023) mengumumkan kewajiban operasi dengan kapasitas penuh bagi pembangkit listrik yang menggunakan batu bara impor hingga 30 September mendatang. Kebijakan ini diambil untuk memenuhi tingginya permintaan listrik di tengah kenaikan suhu udara. Beberapa wilayah di India, seperti bagian tengah, utara, dan barat daya, mengalami gelombang panas dengan suhu mencapai 42-44 derajat Celsius sejak pekan lalu. Gelombang panas ini diperkirakan akan berlanjut beberapa hari ke depan, sementara musim hujan yang akan datang juga dapat mengurangi produksi batu bara.