BeritaInvestor.id – Harga batu bara mengalami penurunan drastis hingga menyentuh titik terendah sejak 29 Juni 2021, yang juga merupakan level terendah dalam dua tahun terakhir. Selama tujuh hari berturut-turut, harga batu bara terus merosot. Data dari Refinitiv menunjukkan bahwa harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle pada perdagangan Rabu, 12 Juli 2023, ditutup pada posisi US$ 128,05 per ton, mengalami penurunan sebesar 4,44%. Posisi penutupan tersebut merupakan yang terendah sejak 29 Juni 2021, di mana harga batu bara mencapai US$ 124,25 per ton.
Dalam tujuh hari terakhir bulan Juli, harga batu bara selalu berada di zona merah, dengan penurunan total sebesar 17,09%. Sejak awal tahun, harga batu bara telah mengalami penurunan drastis sebesar 67%. Penurunan harga batu bara ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain lesunya pertumbuhan ekonomi China, proyeksi penurunan permintaan dari India dan Eropa, serta penurunan harga gas alam.
China melaporkan penurunan yang tajam dalam tingkat inflasi pada bulan Juni, yang membuat pasar khawatir akan terjadinya deflasi. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) di China turun menjadi 0% pada Juni 2023 (year-on-year/yoy), dibandingkan dengan bulan sebelumnya di mana angka tersebut berada pada 0,2%.
Kekhawatiran akan terjadinya deflasi di China menunjukkan adanya penurunan daya beli, yang berdampak negatif terhadap harga batu bara. Hal ini disebabkan oleh melemahnya momentum pemulihan ekonomi di China setelah pembukaan lockdown pada awal tahun ini. Impor batu bara China juga diperkirakan akan mengalami penurunan karena meningkatnya produksi batu bara di dalam negeri sementara permintaan menurun. Harga batu bara thermal dengan kualitas 5.500 kilokalori di pelabuhan utara China sudah turun sebesar 30% sepanjang tahun ini, menjadi CNY 850 atau sekitar US$ 117 per ton.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Proyeksi kedepan menunjukkan bahwa harga batu bara kemungkinan akan terus merosot, yang berpotensi membuat perusahaan tambang menghentikan produksi. Jika produksi terus ditingkatkan sementara permintaan tetap lemah, maka margin perusahaan dapat terus tergerus.
Sebanyak 30 perusahaan tambang besar di China bahkan telah meminta pemerintah untuk mengizinkan mereka menyesuaikan produksi dan membatasi impor demi menjaga harga batu bara. Namun, permintaan mereka mungkin sulit terpenuhi karena pemerintah juga ingin memastikan pasokan batu bara tetap terjaga. Pada catatan sebelumnya, China mengalami krisis energi pada tahun lalu, sehingga pemerintah meningkatkan produksi batu bara pada tahun ini sebagai langkah antisipasi terhadap krisis tersebut.
Produksi batu bara di China telah mencapai 1,53 miliar ton pada periode Januari-April 2023, naik 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hari ini, China akan mengumumkan data neraca perdagangan untuk bulan Juni. Jika data perdagangan tersebut menunjukkan pelemahan, maka harga batu bara dapat terus tergerus ke depan. Penting untuk dicatat bahwa impor China telah mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut, yang menandakan perlambatan aktivitas industri dan permintaan, termasuk permintaan akan komoditas energi.
China adalah konsumen terbesar batu bara di dunia, sehingga perkembangan di China akan sangat mempengaruhi harga global batu bara.
Kabar buruk juga datang dari India, di mana impor batu bara thermal turun sebesar 24% (month to month/mtm) menjadi 13,95 juta ton pada bulan Juni. Penurunan impor batu bara secara tahunan juga lebih dalam, yaitu sebesar 33% (year on year/yoy) dibandingkan dengan bulan Juni 2022.
India diperkirakan akan terus menurunkan impor batu bara seiring dengan datangnya musim hujan. Dalam musim hujan, permintaan listrik cenderung menurun, yang berdampak pada penurunan kebutuhan akan batu bara.
Permintaan dari Eropa juga diproyeksikan akan turun drastis, sejalan dengan masih cukupnya pasokan gas alam dan tingginya produksi listrik yang berasal dari pembangkit tenaga angin. Pelemahan juga terlihat pada harga gas alam sebagai alternatif sumber energi yang menggantikan batu bara. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) turun secara signifikan hingga 8,07% kemarin, menjadi 29,06 euro per mega-watt hour (MWh).
Meskipun harga batu bara terus mengalami penurunan, Direktur Bayan Resources, Alexander Ery Wibowo, menyatakan dalam Program Closing Bell CNBC Indonesia bahwa koreksi ini hanya bersifat sementara. Ia optimis bahwa harga batu bara akan tetap berada di atas level US$ 100 per ton.
Alexander menyampaikan, “Saya pikir kemungkinan kecil batu bara Newcastle mencapai harga di bawah US$ 100 per ton.” Dia juga menambahkan bahwa jika harga batu bara turun di bawah US$ 100 per ton, banyak perusahaan tambang yang akan menghentikan produksinya.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor