Harga batu bara mengalami lonjakan yang signifikan karena krisis energi di Bangladesh, peningkatan permintaan dari India, dan kenaikan harga komoditas energi lainnya. Pada perdagangan Senin (5/6/2023), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle mencapai US$ 143,75 per ton, mengalami kenaikan sebesar 7,16%. Hal ini merupakan harga tertinggi sejak 24 Mei 2023 atau delapan hari perdagangan terakhir. Kenaikan lebih dari 7,2% dalam satu hari juga merupakan yang tertinggi sejak 19 April 2023, ketika harga batu bara melonjak 7,4%.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Krisis energi di Bangladesh telah menyebabkan penutupan sejumlah pembangkit listrik karena kekurangan bahan bakar, termasuk pembangkit terbesar seperti Pyra dengan kapasitas 1.320 megawatt (MW). Krisis ini diperkirakan akan berlanjut karena semakin banyak pembangkit yang mengalami kekurangan pasokan bahan bakar.
Krisis ini terjadi akibat masalah pembayaran yang mengakibatkan keterlambatan Letter of Credit (LC) dengan penyuplai bahan bakar dari China, termasuk gas dan batu bara. Selain masalah pembayaran, kondisi cuaca juga memperparah krisis ini. Permintaan listrik di Bangladesh meningkat tajam pada bulan April karena suhu yang meningkat. Pada pertengahan Mei, topan Mocha menyebabkan gangguan pasokan gas alam.
Suhu yang tinggi masih berlanjut pada bulan ini setelah gelombang panas melanda beberapa wilayah. Permintaan listrik melonjak hingga 18% pada Senin kemarin sementara pasokan listrik mengalami kekurangan. Krisis energi di Bangladesh juga berdampak pada kelangsungan industri tekstil Vietnam, termasuk merek seperti Gap Inc, H&M, dan Zara.
Menteri Kelistrikan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Bangladesh, Nasrul Hamid, mengatakan bahwa dibutuhkan dua minggu untuk memperbaiki masalah pasokan. Pemerintah akan segera mengimpor batu bara untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, butuh waktu 20-25 hari bagi pembangkit listrik di Pakistan untuk beroperasi sepenuhnya.
Krisis energi di Bangladesh diperparah dengan menurunnya cadangan devisa (cadev) karena penurunan ekspor. Cadev Bangladesh berada pada level terendah dalam tujuh tahun, yaitu sekitar US$ 29,8 miliar per Senin kemarin. Penurunan cadev mengurangi kemampuan Bangladesh untuk mengimpor komoditas energi seperti gas alam dan batu bara.
Selain itu, kenaikan harga batu bara juga didorong oleh permintaan dari India. Impor batu bara dari India diperkirakan akan tetap tinggi seiring dengan peningkatan penggunaan listrik. Pasokan batu bara domestik di India terbatas, sehingga produsen listrik mengandalkan impor.
Kenaikan harga batu bara juga sejalan dengan kenaikan harga komoditas energi lainnya, seperti minyak mentah dan gas alam. Arab Saudi mengumumkan pemangkasan produksi minyak, yang menyebabkan kenaikan harga minyak mentah. Harga gas alam di Eropa juga mengalami lonjakan akibat penurunan pasokan dari Amerika Serikat dan penangguhan pengiriman gas dari Rusia.
Meskipun harga batu bara mengalami kenaikan, permintaan batu bara di Eropa tetap rendah. Pedagang Eropa bahkan akan mengekspor kembali batu bara ke Asia karena persediaan yang melimpah.