BeritaInvestor.id – Harga batu bara kini menunjukkan tren positif, mencapai level US$ 160 per ton, yang merupakan tertinggi dalam empat bulan terakhir. Pada Mei 2023, harga batu bara sempat merosot hingga mencapai level US$ 130-an per ton. Namun, bagaimana dampak dari kenaikan harga ini terhadap perusahaan batu bara?
Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Alexander Ery Wibowo, yakin bahwa kenaikan harga batu bara dapat berdampak positif terhadap pendapatan perusahaan. “Pergerakan tren ini tentunya akan bisa meningkatkan revenue perusahaan karena average selling price batu bara tergantung pada kategorinya,” ungkapnya dalam program Mining Zone.
Wibowo menjelaskan bahwa setiap kategori atau spesifikasi batu bara dapat memiliki harga yang berbeda. Oleh karena itu, kenaikan harga batu bara akan memengaruhi pendapatan perusahaan, tergantung pada jenis batu bara yang diproduksi.
Meskipun harga batu bara mengalami kenaikan, BYAN menghadapi situasi yang berbeda. Mayoritas batu bara yang dihasilkan perusahaan ini telah terikat dalam kontrak penjualan jangka panjang dengan pembeli. Hal ini berarti bahwa BYAN memiliki keterbatasan dalam menjual batu bara ke pasar spot.
Wibowo menjelaskan, “Untuk Bayan sendiri, sejak awal tahun kita sudah committed sales, artinya sudah terikat kontrak untuk penjualan jangka panjang dan juga hanya ada sedikit spot. Peningkatan harganya tentu mempengaruhi revenue perusahaan.”
Pada paruh pertama tahun 2023, BYAN mencatat pertumbuhan produksi dan penjualan batu bara sebesar 40%, atau setara dengan 24 juta ton. Selain itu, perusahaan ini berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 33,92% year on year (YoY), dengan laba bersih yang tumbuh sebesar 13,66% (YoY) menjadi US$ 418,91 juta.
Alastair Gordon Christopher McLeod, CFO Bayan Resources, menjelaskan bahwa pencapaian positif ini didorong oleh beberapa faktor, terutama di semester I 2023. Permintaan akan batu bara tetap kuat, terutama dari pembangkit listrik di Indonesia dan dunia.
Selain itu, BYAN juga berhasil mengendalikan dan mempertahankan kenaikan biaya operasional, terutama setelah diberlakukan peraturan perundang-undangan baru mengenai tarif royalti oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Keuangan.
Tarif royalti progresif yang diterapkan mengacu pada harga batu bara acuan (HBA) terkini. Ketika harga batu bara di atas US$ 90 per ton, tarif royalti sebesar 13,5% akan diterapkan. “Kami telah berhasil mempertahankan kenaikan biaya tersebut dan bekerja keras untuk membatasi peningkatan biaya saat ini,” jelas McLeod.
Dengan tren positif harga batu bara dan pencapaian yang kuat, perusahaan batu bara seperti BYAN terus berusaha mengoptimalkan peluang yang muncul di pasar untuk meningkatkan kinerja keuangan dan pertumbuhan bisnisnya.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor