Pada perdagangan Rabu (21/6/2023), harga batu bara mengalami kenaikan yang didorong oleh melonjaknya harga gas. Harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup pada posisi US$ 134,55 per ton, menguat sebesar 1,32%. Penguatan ini berhasil mengakhiri tren negatif yang terjadi selama dua hari perdagangan sebelumnya.
Kenaikan harga batu bara ini dipengaruhi oleh lonjakan harga gas alam. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melonjak sebesar 10,92% pada hari sebelumnya, mencapai 38,71 euro per mega-watt hour (MWh). Karena batu bara merupakan sumber energi alternatif bagi gas, harga kedua komoditas ini saling mempengaruhi.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Meskipun mengalami kenaikan, terdapat banyak sentimen negatif yang mengintai harga batu bara ke depan. Pengiriman batu bara melalui Pelabuhan Newcastle, Australia, mencapai level terendah dalam lima tahun terakhir akibat gangguan cuaca dan masalah tenaga kerja. Jumlah pengiriman pada periode Januari-Mei 2023 tercatat sebesar 53,2 juta ton, mengalami penurunan sebesar 10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada bulan Mei 2023 saja, pengiriman batu bara turun sebesar 6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai 11,7 juta ton.
Joseph Capurso, seorang analis dari Commonwealth Bank, mengungkapkan bahwa pelemahan ekonomi China telah menyebabkan penurunan permintaan batu bara. “Ekonomi China lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Dampak dari pelonggaran mobilitas sangat terbatas dan lebih kecil daripada yang diperkirakan, sehingga hal ini akan mempengaruhi permintaan batu bara,” ungkap Capurso seperti yang dikutip dari The Financial Review.
Departemen Industri Australia mencatat bahwa permintaan global terhadap batu bara sudah mencapai puncaknya. Nilai ekspor batu bara global diperkirakan mencapai US$ 65 miliar dalam periode Mei 2022-Juni 2023. Data dari analis Kpler juga menunjukkan penurunan impor batu bara ke Eropa sebesar 4,38 juta ton pada Juni 2023, dibandingkan dengan 5,29 juta ton pada Mei. Sementara itu, impor batu bara dari Asia pada bulan Juni diperkirakan mencapai 76,49 juta ton, menurun dari 80,01 juta ton pada bulan Mei. Meskipun mengalami penurunan, jumlah impor batu bara di Asia masih berada pada level tertinggi sejak Januari 2017.
Harga batu bara global yang melemah tercermin dari penurunan harga batu bara Indonesia dan Australia, dua negara eksportir terbesar. Harga batu bara Indonesia dengan kualitas 4.200 kilokalori per kilogram (kcal/kg) tercatat sebesar US$ 52,4 per ton pada tanggal 16 Juni 2023, mencapai level terendah sejak April 2021. Sementara itu, harga batu bara Australia dengan kualitas 5.500 kcal/kg tercatat sebesar US$ 84,17 per ton, juga mencapai level terendah sejak Juli 2021.