BeritaInvestor.id – Harga batu bara telah mengalami penguatan yang signifikan, berlanjut sejak awal pekan ini. Sentimen yang mendorong kenaikan harga ini berasal dari China, di mana impor batu bara pada bulan Juli mengalami lonjakan. Gelombang panas yang melanda China mendorong penggunaan listrik, sehingga permintaan batu bara meningkat.
Namun, seiring dengan penguatan harga batu bara, terdapat pula faktor-faktor yang membatasi kenaikan tersebut. Curah hujan tinggi di beberapa wilayah menyebabkan permintaan listrik kemungkinan akan mengalami penurunan. Selain itu, data neraca dagang yang mencakup ekspor dan impor mengindikasikan perlambatan ekonomi di China dan Amerika Serikat.
Menurut data dari Refinitiv, harga kontrak batu bara ICE Newcastle untuk bulan September ditutup pada posisi US$ 145,25 per ton, mengalami kenaikan tipis sebesar 0,69%. Pada awal Agustus, harga batu bara telah mengalami apresiasi sebesar 4,6% dari posisi awal bulan tersebut yang sebesar US$ 138,85.
Meskipun kenaikan harga batu bara terjadi, kenaikan tersebut tidak sebesar yang diharapkan. Salah satu penyebab utamanya adalah impor batu bara yang tetap tinggi dari China pada bulan Juli. Ini terjadi setelah pembelian batu bara dari luar negeri hampir dua kali lipat pada paruh pertama tahun 2023.
Lebih lanjut, pasokan batu bara dari luar negeri masih lebih ekonomis dalam memenuhi puncak permintaan listrik selama musim panas, seperti yang diperlihatkan oleh data pada hari Selasa. Oleh karena itu, China lebih cenderung melakukan impor batu bara.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Data dari Reuters menunjukkan bahwa biaya pengiriman batu bara dengan kalori rendah dari Indonesia dan Afrika Selatan, serta batu bara Australia dengan kualitas lebih tinggi, masih lebih rendah dibandingkan harga pasokan domestik di China.
Pada bulan lalu, total impor batu bara oleh konsumen utama dunia mencapai 39,26 juta ton. Meskipun sedikit lebih rendah dari bulan Juni yang sebesar 39,87 juta ton, jumlah tersebut tetap melampaui rata-rata bulanan sepanjang Januari hingga Juni, yaitu sebesar 37 juta ton.
Namun, perlu diperhatikan bahwa kenaikan impor batu bara pada bulan Juli mencapai 67% dari jumlah impor pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 23,52 juta ton. Rekor impor bulanan tertinggi China tercatat pada Januari 2020 dengan jumlah 43,56 juta ton.
Kenaikan beban listrik yang signifikan terjadi sejak pertengahan Juni karena suhu tinggi yang di luar kebiasaan di sebagian besar negara. Meskipun begitu, curah hujan tinggi di beberapa wilayah Asia mengakibatkan permintaan listrik menurun, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kenaikan harga batu bara.
Selain faktor-faktor domestik, perlambatan ekonomi dua raksasa ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat, juga berdampak pada pasar batu bara. Surplus perdagangan China menyempit menjadi US$ 80,6 miliar pada Juli 2023 dari US$ 102,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, Amerika Serikat mengalami surplus perdagangan dengan China yang semakin lebar.
Perlambatan ekonomi ini berdampak pada industri secara keseluruhan, mengakibatkan penurunan kebutuhan energi dan kenaikan permintaan batu bara yang terbatas. Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa kenaikan harga batu bara tidak bergerak secara signifikan.
Tidak hanya China, India juga mengalami masalah dalam industri batu bara. Coal India, produsen utama batu bara di India, melaporkan penurunan kinerja laba bersih sebesar 10% pada kuartal April-Juni. Meskipun demikian, peningkatan volume penjualan menunjukkan indikasi bahwa permintaan tetap ada meskipun harga batu bara mengalami penurunan.
Di Eropa, stok batu bara semakin berkurang dan mencapai nilai terendah dalam empat bulan terakhir. Keterbatasan pasokan ini juga turut mendorong kenaikan harga gas alam, yang menjadi alternatif pengganti batu bara. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) bahkan mencapai level psikologis, meningkat sebesar 1,91% menjadi 31,07 euro per mega-watt hour (MWh).
Secara keseluruhan, harga batu bara terus menguat karena sentimen dari China yang mendukung permintaan. Meskipun demikian, faktor-faktor seperti curah hujan tinggi, perlambatan ekonomi global, dan keterbatasan pasokan dapat membatasi kenaikan harga. Dalam kondisi ini, pasar batu bara perlu tetap waspada terhadap perubahan dinamika ekonomi dan cuaca yang dapat mempengaruhi tren harga di masa depan.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor