BeritaInvestor.id – Peningkatan permintaan batu bara dari China dan India disebabkan oleh rencana peningkatan pasokan untuk kebutuhan pembangkit listrik dalam negeri.
Menurut Research and Development ICDX Girta Yoga, dalam jangka pendek permintaan batu bara oleh China dan India berpotensi tetap kuat. Hal ini karena kedua negara tersebut masih bergantung pada batu bara sebagai sumber energi utama.
“Meskipun dari sisi produksi kedua negara sudah terjadi peningkatan, namun perlu dicatat juga bahwa dari sisi permintaan pastinya akan terjadi peningkatan tiap tahunnya,” ujar Yoga.
Peningkatan permintaan batu bara akan semakin naik saat berlangsungnya musim panas yang biasanya terjadi lonjakan konsumsi listrik untuk pendingin ruangan.
“Ditambah lagi, dengan suhu bumi saat ini yang diproyeksikan akan terus memanas, maka impor batu bara terutama di India dan China juga berpotensi tetap kuat,” jelas Yoga.
Selain itu, harga batu bara juga akan ditopang oleh kenaikan harga gas alam pada pekan ini. Kenaikan harga gas alam disebabkan oleh kondisi stok gas alam di AS yang menyusut dan situasi geopolitik di Timur Tengah.
“Dengan kondisi tersebut, maka harga batu bara berpotensi menguat di pekan ini dan akan bergerak pada resistance di kisaran US$ 135,5 – 140,5 per ton,” kata Yoga.
Namun, Yoga juga menambahkan bahwa harga batu bara berpotensi menemui level support di kisaran harga US$ 125,5 – 120,5 per ton jika mendapat katalis negatif, seperti penurunan permintaan dari China dan India.
Sebagai informasi, harga batu bara pada pekan kedua Januari bergerak bearish dengan penurunan sebesar 0,57%. Pergerakan harga batu bara dari awal tahun hingga minggu kedua terpantau bergerak melemah sebesar 0,87%.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor