Pada perdagangan Senin (19/6/2023), harga batu bara mengalami pelemahan. Harga batu bara kontrak dua bulan atau Juli di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 132,8 per ton, mengalami penurunan sebesar 0,19%. Hal ini menjadi harga terendah dalam 12 hari perdagangan terakhir.
Selain itu, harga batu bara juga terdampak oleh tren negatif pasir hitam yang ambruk pada Jumat pekan lalu. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga batu bara mengalami penurunan sebesar 5%.
Meskipun terdapat beberapa kabar positif yang dapat mendukung harga batu bara, namun harga gas yang turun menjadi faktor utama penurunan harga batu bara. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) mengalami penurunan sebesar 0,31% menjadi 34,90 euro per mega-watt hour (MWh) kemarin.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Selain itu, China juga mengalami kenaikan suhu yang berdampak pada meningkatnya permintaan listrik untuk pendingin ruangan. Kenaikan suhu dan kekeringan juga menyebabkan produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) menurun drastis. Produksi listrik dari PLTA di China pada Januari-Mei 2023 mencapai titik terendah sejak 2015.
Kondisi ini berpotensi membuat China meningkatkan impor batu bara sepanjang bulan Juni. Meskipun impor batu bara China pada Mei mengalami penurunan sebesar 2,7% dibandingkan April, namun secara akumulatif, impor batu bara meningkat 89,6% menjadi 182 juta ton pada Januari-Mei 2023.