BeritaInvestor.id – Proses restrukturisasi utang PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) terus berlangsung, membawa nama-nama terkemuka sebagai pemegang saham utama dalam upaya pembenahan kondisi keuangan perusahaan perhotelan tersebut.
Pada pertengahan tahun ini, Happy Hapsoro, alias Hapsoro Sukmonohadi, memasuki panggung sebagai investor mayoritas di BUVA. Utang senilai Rp 724,41 miliar kepada PT Nusantara Utama Investama diubah menjadi saham baru BUVA sebanyak 12.573.477.346 dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
Dengan saham sebesar itu, setara dengan 64,86% dari modal disetor dan penuh pada BUVA, PT Nusantara Utama Investama menjadi pemegang kendali baru. Skema penerbitan saham ini dilakukan melalui Penambahan Modal Tanpa Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Kini, BUVA akan menyambut Tri Ramadi sebagai calon pemegang saham baru melalui private placement. Tri Ramadi adalah pendiri Vasanta Group, kelompok usaha properti yang memiliki reputasi solid.
Berdasarkan penjelasan manajemen BUVA pada tanggal 7 November 2023, BUVA dan PT Jagakarsa Country Arena telah menandatangani perjanjian pengikatan saham. Jagakarsa Country Arena akan menyuntikkan modal ke BUVA, dengan Tri Ramadi sebagai pemiliknya.
Pada 19 Juli 2018 hingga 31 Desember 2018, Jagakarsa Country Arena menyetor uang sebesar Rp 57,30 miliar. Kemudian, pada 1 Oktober 2019, hak dan kewajiban Jagakarsa Country Arena dialihkan ke Tri Ramadi, yang kemudian menyetor tambahan Rp 15,04 miliar, sehingga total setoran ke BUVA mencapai Rp 72,34 miliar.
Setoran modal ini akan dikonversi menjadi 1.205.726.667 saham baru BUVA dengan nilai nominal Rp 50 per saham, dengan harga pelaksanaan Rp 60 per saham melalui mekanisme PMTHMETD, asalkan RUPS Independen pada 14 Desember 2023 menyetujui penambahan modal ini. Tri Ramadi kemudian akan menjadi pemegang saham sebesar 5,86%.
Proses konversi utang menjadi saham memberikan dampak positif pada posisi keuangan BUVA. Data laporan keuangan per 30 September 2023 menunjukkan penurunan signifikan dalam total liabilitas, dari Rp 2,08 triliun per 31 Desember 2022 menjadi Rp 1,25 triliun.
Meskipun demikian, BUVA masih menghadapi tantangan dengan liabilitas jangka pendek sebesar Rp 1,19 triliun atau 95,76% dari total liabilitas. Namun, tambahan modal ini, meskipun bukan dalam bentuk uang tunai, telah meningkatkan posisi ekuitas BUVA yang sebelumnya mengalami defisiensi modal menjadi positif sebesar Rp 711,71 miliar.
Selain itu, BUVA menunjukkan perbaikan kinerja keuangan dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 88,85% YoY menjadi Rp 278,59 miliar pada periode sembilan bulan pertama tahun 2023. Kontribusi terbesar berasal dari bisnis hotel di Bali, dengan Hotel Alila SCBD di Jakarta juga memberikan kontribusi positif.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor