BeritaInvestor.id – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan bahwa aset keuangan di Indonesia, seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), tetap akan menarik bagi investor asing. Dia mengungkapkan pernyataan ini setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada perdagangan Selasa, yang menyebabkan aksi jual bersih (net sell) dan pengaruh terhadap nilai tukar rupiah.
Aset Keuangan yang Menarik
Menurut Perry, imbal hasil dari aset keuangan Indonesia tetap kompetitif dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. “Investor asing dapat membandingkan yield diferensial SBN dan SRBI dengan negara-negara seperti India demi menarik minat mereka,” ujarnya saat konferensi pers pada Rabu (19/3/2025).
Pergerakan Pasar SBN
Di pasar surat utang, harga SBN mengalami kenaikan di semua tenor. Data dari OTC Bloomberg menunjukkan bahwa yield untuk tenor 5 tahun naik 2,5 basis poin menjadi 6,746%. Sementara untuk tenor 10 tahun juga naik 2,5 basis poin menjadi 7,055%, dan tenor 16 tahun naik 2,9 basis poin menjadi 7,134%. Yield tenor 1 tahun juga mencatatkan kenaikan 1,1 basis poin menjadi 6,480%.
Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Perry juga menekankan bahwa BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sambil menunjukkan bahwa pada pagi hari rupiah dibuka melemah ke level Rp16.500/US$ dan kemudian menurun lebih jauh ke Rp16.538/US$ pada pukul 11:29 WIB.
Peluang Investasi yang Diperluas
BI akan terus memperkenalkan lebih banyak instrumen investasi bagi para investor di Indonesia, termasuk SRBI, Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI). Perry menyebutkan bahwa transaksi SRBI di pasar sekunder rata-rata mencapai Rp16 triliun per hari, dan transaksi antar bank serta dealer utama sangat aktif.
Koordinasi untuk Stabilitas Ekonomi
Perry juga mengungkapkan bahwa ia akan bekerja sama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk menjaga agar kebijakan moneter dan fiskal sinergis, demi mempertahankan stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penguatan IHSG di Asia
Setelah Bank Indonesia memutuskan untuk menjaga suku bunga acuan di angka 5,75%, IHSG memperlihatkan penguatan yang optimis, menjadi yang terbaik di Asia dan ASEAN. Pada Rabu (19/3/2025), IHSG berada di posisi 6.318,41, naik 95,03 poin atau 1,53% dari hari sebelumnya. Sebelumnya, IHSG mengalami penurunan 3,84% dan ditutup di posisi 6.223,38. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih mencapai Rp2,57 triliun di pasar reguler, serta Rp2,49 triliun di seluruh pasar.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.