BeritaInvestor.id – Harga beberapa komoditas global mengalami lonjakan akibat perang dagang dan gangguan pasokan. Ini membuat sejumlah produk, seperti tembaga dan jagung, menghadapi tantangan besar. Berikut adalah lima grafik penting yang patut diperhatikan di pasar komoditas global minggu ini.
Kenaikan Harga Indeks Komoditas
Konflik perdagangan yang semakin memanas memicu tekanan harga, mendorong indeks komoditas utama ke level tertinggi dalam dua tahun. Bloomberg Commodity Spot Index, yang mencakup logam, energi, dan produk pertanian, naik hampir 8% tahun ini, mencapai level tertinggi sejak Desember 2022.
Dislokasi Pasar Tembaga
Pasar tembaga global mengalami dislokasi besar akibat ancaman tarif dari Presiden AS, Donald Trump. Meskipun ia belum menentukan jumlah atau waktu tarif tersebut, ketidakpastian ini menciptakan perbedaan harga yang signifikan antara pasar AS dan global. Pada minggu lalu, harga tembaga berjangka di Comex New York melonjak lebih tinggi dari harga di London Metal Exchange (LME) karena terjadi short squeeze.
Fokus pada Pasar Minyak
Pasokan minyak dari Rusia saat ini sangat diperhatikan di pasar minyak. Pembicaraan seputar sanksi dan konflik di Ukraina dapat mempengaruhi harga dalam waktu dekat. Selisih harga Brent meningkat bulan lalu karena stok jangka pendek diramalkan langka. Namun, situasi mulai membaik dengan bertambahnya pasokan pengganti dan kemungkinan perundingan damai di Ukraina.
Kekeringan dan Proyeksi Jagung
Kekeringan yang melanda Argentina dan Brasil berujung pada penurunan proyeksi stok jagung global oleh Departemen Pertanian AS (USDA). Stok dibayangkan akan turun ke 290,3 juta metrik ton, level terendah dalam empat tahun, satu kondisi yang membuat harga kontrak berjangka meningkat di Chicago. “Panas dan kekeringan baru-baru ini mengurangi hasil panen jagung,” jelas USDA.
Peningkatan Permintaan Bahan Bakar Jet
Meskipun ada upaya untuk mencapai emisi nol, permintaan bahan bakar penerbangan diprediksi akan meningkat hingga 11 juta galon per hari pada pertengahan abad ini. Ini termasuk berbagai jenis bahan bakar untuk penerbangan. Sekitar 40 maskapai telah menetapkan target untuk penerbangan tanpa emisi pada tahun 2050, tetapi keberhasilan membutuhkan intervensi kebijakan serta kemajuan teknologi yang signifikan.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.