BeritaInvestor.id – Ford Motor Company resmi berinvestasi di proyek pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Sulawesi Tenggara. Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat ini bermitra dengan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan Zhejiang Huayou Cobalt Co.
Ford telah menyetorkan Rp 88,72 miliar atau setara 88.716 lembar saham ke PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI), perusahaan patungan yang akan membangun pabrik tersebut. Dengan demikian, Ford menguasai 8,5% saham KNI.
Huaqi (Singpaore) Pte. Ltd. merupakan pemegang saham terbesar KNI dengan kepemilikan 73,2%. Kemudian, Vale menggenggam 18,3% saham.
Pabrik ini akan mengolah bijih nikel yang dipasok oleh INCO dari tambang Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara, untuk menghasilkan nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Produk olahan nikel ini akan digunakan untuk membuat baterai kendaraan listrik.
Rencananya, pabrik ini akan mampu memproduksi 120.000 ton MHP per tahun. Vale dan Huayou sebelumnya menargetkan pabrik ini akan mulai beroperasi pada 2026.
Chief Government Affairs Officer Ford Motor Company Christopher Smith mengatakan, investasi ini merupakan upaya Ford untuk memastikan bahwa nikel yang digunakan dalam baterai kendaraan listriknya diproduksi dengan standar ESG yang sama di seluruh dunia.
“Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Oleh karena itu, kami menilai kerja sama strategis ini perlu dilakukan untuk menjamin kebutuhan komponen penting dalam mobil listrik tersebut,” kata Smith.
Sebelum Ford bergabung, Vale Indonesia dan Huayou telah menandatangani kerangka perjanjian kerja sama (Framework Cooperation Agreement/ FCA) pada 27 April 2022 lalu. Kedua belah pihak telah menyepakati bahwa Huayou akan membangun dan melaksanakan proyek smelter HPAL di Pomalaa, dan PT Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30% saham proyek tersebut.
Sebelum dengan Huayou, Vale sempat berencana bekerja sama dengan perusahaan asal Jepang, Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) untuk membangun proyek smelter di Pomalaa. Namun, pada 25 April 2022 lalu, Sumitomo menyatakan mundur dari proyek smelter HPAL nikel ini.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor