BeritaInvestor.id – Depresiasi rupiah sepanjang 2025 telah menimbulkan risiko bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki utang valas atau bergantung pada impor bahan baku. Menurut laporan Fitch Ratings, pelemahan rupiah hingga 3,33% year-to-date membuat perusahaan dengan kewajiban dollar AS jatuh tempo berpotensi terbebani lebih besar.
Risiko Utang Valas yang Matang
Pada kuartal pertama tahun ini, beberapa korporasi seperti PT Japfa Comfeed Tbk, Kawasan Industri Jababeka Tbk, dan Bukit Makmur Mandiri Utama tercatat memiliki risiko refinancing jangka pendek. Meski demikian, akses ke dana domestik dinilai masih memadai untuk menopang likuiditas mereka.
Sektor Konsumer Dampak Harga Bahan Baku
PT Indofood CBP Tbk dianggap sedikit terlindungi karena margin EBITDA yang besar, meski tetap terpapar fluktuasi harga bahan impor. Fitch menyebut emiten ini masih punya ruang manuver untuk menyerap tekanan inflasi.
Rupiah Mulai Stabil di Bulan April
Pekatulan rupiah terhadap dolar AS mengalami perlambatan pada April, hanya turun 0,59%. Sejak pasar keuangan dibuka pasca-Lebaran, mata uang domestik bahkan rebound 1,24% hingga level Rp16.658/USD.
ULN Swasta Stabil di US$ 194,8 Miliar
Data Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) sektor swasta tetap stabil pada Februari 2025. Rasio ULN terhadap PDB turun menjadi 30,2%, dengan mayoritas utang memiliki tenor panjang (84,7%).
Meski demikian, Fitch Ratings mengingatkan bahwa penurunan rupiah lebih dalam bisa memicu risiko refinancing bagi perusahaan yang kurang fleksibel di pasar obligasi global.Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.