BeritaInvestor.id – Harga minyak mengalami penurunan pada pagi Senin (6/11/2023) meskipun berbagai faktor mendukung kenaikan harga minyak. Salah satu faktor penting adalah pengetatan sanksi AS terhadap sektor minyak Iran. AS menargetkan pelabuhan dan kilang asing yang memproses minyak yang diekspor dari Iran. Saat ini, ekspor minyak Iran mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat tahun, dengan lebih dari 80% ditujukan ke China.
Kendati begitu, ada juga faktor positif lain yang mendukung pergerakan harga minyak. Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak utama dan anggota OPEC+, telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan pemangkasan minyak tambahan secara sukarela hingga akhir tahun guna mendukung stabilitas pasar minyak global. Saudi dan Rusia akan memangkas produksi tambahan sebesar 1 juta barel per hari dan 300 ribu barel per hari, masing-masing.
Di sisi lain, Israel menolak tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata di Kota Gaza, mengancam eskalasi lebih lanjut di wilayah tersebut. Serangan Israel di Kota Gaza mengakibatkan terputusnya layanan komunikasi dan internet di Palestina.
Selain itu, pemerintah China berencana mempercepat penerbitan dan penggunaan obligasi pemerintah untuk mengatasi risiko utang pemerintah daerah dan memperkuat perekonomian. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan tambahan bagi perekonomian China.
Secara teknis, harga minyak berpotensi mencapai posisi resistance terdekat di level US$ 83 per barel. Namun, jika terdapat katalis negatif, harga bisa turun ke support terdekat di level US$ 79 per barel. Situasi pasar minyak terus dipantau dengan cermat oleh para pelaku industri dan investor.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor