BeritaInvestor.id – Harga emas dunia mengalami penurunan 0,82% di New York Senin lalu, namun sesi Asia pagi ini stagnan di US$3.212,57 per ons trojan. Meski demikian, sinyal dovish dari pejabat Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan mendorong rebound harga emas segera.
Langkah Dovish The Fed Dorong Harapan Penggerakan Harga Emas
Pernyataan The Fed tentang potensi pemangkasan bunga acuan pada semester II-2025 menjadi sorotan pasar. Gubernur Federal Reserve Christopher Walker memastikan, inflasi akibat perang dagang bersifat sementara. Bila bunga rendah terjadi, emas – sebagai aset yang tidak memberi imbal hasil tetap – akan diuntungkan karena kurangnya alternatif berisiko lebih rendah.
Kinerja Tahun Ini Membukukan Kenaikan 20% di Tengah Volatilitas Pasar
Meski terkoreksi dari level rekor US$3.245, harga emas masih naik 20% sepanjang tahun ini. Kinerja ini melampaui return aset berisiko seperti saham. Bloomberg mencatat, kenaikan emas sudah menyamai indeks S&P 500 setelah melebar sejak pandemi.
Faktor yang Menopang Potensi Kenaikan Harga Emas ke US$4.500
Penguatan dolar AS yang lemah, volatilitas surat utang (termasuk Treasury), dan kurangnya selera investor di saham membuat emas tetap menarik. Proyeksi analis menyebut harga bisa mencapai US$4.500 per ons, atau naik 8,3%–40% dari posisi saat ini.
Analis Goldman Proyeksikan Pencapaian Rekor Baru Emas pada Tahun Ini
Goldman Sachs memperkirakan emas bisa menyentuh US$3.700 per ons tahun ini, dengan target US$4.000 bergantung pembelian bank sentral sebesar 100 ton/bulan. Analis Lina Thomas mengakui risiko nonlinier tetapi menilai peluang tersebut tidak kecil. ETF emas juga diprediksi menyentuh level pandemi akhir tahun.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.