BeritaInvestor.id – Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebanyak 7,1% terjadi pada hari ini, Selasa (18/3/2025). Ini disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan di Indonesia serta isu global seperti perang dagang, ketegangan di Eropa dan Timur Tengah, serta kekhawatiran akan resesi di negara besar. Ahli Strategi Valas dari Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Lloyd Chan, menyatakan kekhawatiran ini dapat menyebabkan peningkatan defisit fiskal di Indonesia. Ia juga memprediksi akan ada aksi jual besar di pasar keuangan Indonesia. Namun, analisis dari Bank of New York (BNY) menunjukkan bahwa dampak penjualan tersebut hanya terbatas pada nilai rupiah dan surat utang. Aninda Mitra, dari BNY di Singapura, menilai kejatuhan IHSG tidak akan berpengaruh jauh, berkat ketersediaan pasokan dolar AS yang melimpah dan kepemilikan asing pada surat berharga negara (SBN) yang rendah. Strategi untuk Mendorong Pertumbuhan Untuk mengatasi tantangan ini, stabilitas makroekonomi sangat penting. Para investor menunggu langkah pemerintah Indonesia dalam memperbaiki keadaan. Kepala Ekonom dari Juwai IQI, Shan Saeed, mengungkapkan bahwa memberikan kepercayaan kepada investor lokal akan sangat membantu. “Pemerintah harus fokus pada ekonomi domestik untuk menarik investasi asing langsung (FDI),” katanya. Semua mata tertuju pada Presiden Prabowo yang berkomitmen melakukan reformasi ekonomi demi kemajuan rakyat. “Kita harus meyakinkan investor lokal agar mereka siap menginjeksi dana ke perekonomian kita. Hal ini pasti akan mempercepat pertumbuhan dan menarik kembali investor asing,” tambahnya. Saeed optimis tentang potensi PDB Indonesia, memprediksi pertumbuhan antara 4,5% hingga 5% di tahun 2025 asalkan strategi yang tepat diterapkan untuk menciptakan perekonomian yang lebih dinamis.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.