BeritaInvestor.id – Ekonom Indonesia sepakat memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 akan berada di bawah 5%, meski didukung momentum Ramadan dan Idulfitri. Proyeksi ini disampaikan para ekonom dari Bank Permata, Mandiri, dan Universitas Indonesia yang menyoroti tekanan internal dan eksternal.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi: 4,9%–4,95%
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan GDP di level 4,91% (yoy), turun dari 5,11% pada tahun lalu. Hal ini disebabkan melambatnya konsumsi rumah tangga (4,5% yoy) dan belanja pemerintah yang minus -2,88% (yoy). Investasi diproyeksi naik 3,11% (yoy) meski kontraksi secara kuartal (-6,5% qtq).
Pertumbuhan Konsumsi Terancam Daya Beli
Optimisme konsumen tetap terjaga dengan Indeks Kepercayaan Konsumen 121,1 pada Maret 2025, tetapi indeks pendapatan dan pembelian barang tahan lama dari kelompok menengah bawah mengindikasikan penurunan daya beli. Survei Penjualan Eceran Jakarta juga menunjukkan kontraksi -12,4% (yoy).
Risiko Eksternal: Perang Dagang Global
Teuku Riefky dari LPEM UI memperingatkan eskalasi tarif impor AS yang ditangguhkan sementara. Risiko ini bisa menyebabkan perlambatan investasi, kenaikan inflasi impor, dan depresiasi mata uang. Faktor musiman seperti liburan akhir tahun juga makin melemah dampaknya terhadap ekonomi.
Pertumbuhan Struktural Masih Lemah
Menurut analisis Riefky, Indonesia kesulitan mencapai target pertumbuhan 5% karena turunnya daya beli dan produktivitas sektoral. Tanpa revitalisasi mesin ekonomi struktural, pelemahan bisa terus berlanjut.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.