BeritaInvestor.id – Harga minyak kembali menguat setelah mengalami penurunan akhir pekan lalu. Pada Senin (6/11) pukul 6.57 WIB, harga minyak kontrak Desember 2023 jenis WTI di New York Mercantile Exchange mengalami kenaikan sebesar 0,55% ke level US$ 80,95 per barel.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Januari 2024 di ICE Futures juga menguat sebesar 0,40% ke US$ 85,23 per barel. Kenaikan harga minyak pada pagi ini dipicu oleh langkah dua produsen minyak terbesar, yakni Arab Saudi dan Rusia, yang menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan pemangkasan produksi minyak secara sukarela.
Minggu lalu, harga minyak jenis WTI mengalami penurunan sebesar 5,88%, sementara harga minyak Brent turun sekitar 4,83%.
Arab Saudi dan Rusia, kedua produsen minyak terbesar di dunia, mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan produksi minyak tambahan secara sukarela hingga akhir tahun. Keputusan ini diambil dalam konteks kekhawatiran terhadap permintaan minyak dan pertumbuhan ekonomi yang masih menjadi beban bagi pasar minyak mentah.
Kedua negara tersebut juga menyatakan bahwa kebijakan pemotongan produksi mereka akan dinilai ulang setiap bulan untuk mempertimbangkan perluasan, pendalaman, atau peningkatan.
Arab Saudi akan melanjutkan pemotongan sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir Desember. Keputusan ini bertujuan untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak, sesuai yang disampaikan oleh sumber di kementerian energi Arab Saudi.
Rusia juga mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan pasokan sukarela tambahan sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir Desember.
Aliansi OPEC+, yang terdiri dari negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu utamanya, seperti Rusia, telah melakukan pemotongan produksi sejak tahun lalu sebagai langkah pencegahan untuk menjaga stabilitas pasar.
Meskipun harga minyak sempat mencapai level tertinggi tahun 2023 pada bulan September, mendekati US$ 98 per barel untuk minyak Brent, harga minyak kembali melemah hingga diperdagangkan sekitar US$ 85 per barel pada hari Jumat, meskipun mendapat dukungan dari konflik di Timur Tengah.
Arab Saudi pertama kali melakukan pemotongan sukarela pada bulan Juli sebagai tambahan dari kesepakatan pembatasan pasokan yang disepakati oleh beberapa anggota OPEC+ pada bulan April. Mereka telah memutuskan untuk memperpanjang pemotongan tersebut hingga akhir tahun ini dan akan meninjau kembali keputusan tersebut setiap bulan.
Selanjutnya, OPEC+ akan bertemu pada tanggal 26 November di Wina untuk membahas perkembangan lebih lanjut dalam upaya menjaga stabilitas pasar minyak.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor