BeritaInvestor.id – Harga minyak dunia jatuh ke level terendah sejak Desember 2021 pada Selasa (10/9/2024), setelah OPEC+ menurunkan perkiraan permintaan minyak untuk tahun ini dan 2025, meskipun terdapat kekhawatiran pasokan akibat Badai Tropis Francine. Menurut laporan Reuters, harga minyak Brent turun sebesar US$ 2,65 (3,69%) menjadi US$ 69,19 per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat juga turun US$ 2,96 (4,31%) menjadi US$ 65,75 per barel.
Penurunan Permintaan Global Menekan Harga
Penurunan ini terjadi setelah OPEC, dalam laporan bulanan mereka, menyatakan bahwa permintaan minyak dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,03 juta barel per hari (bph) pada 2024, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,11 juta bph. Selain itu, OPEC juga menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan untuk 2025 menjadi 1,74 juta bph dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,78 juta bph. Hal ini mencerminkan kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan minyak dan melemahnya prospek permintaan global.
Pengaruh dari Badan Informasi Energi AS (EIA)
Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) juga memberikan pandangannya, dengan memproyeksikan bahwa permintaan minyak global akan tumbuh lebih besar dari rekor sebelumnya, meskipun pertumbuhan produksi diperkirakan lebih kecil dari perkiraan sebelumnya. Permintaan minyak global diproyeksikan mencapai rata-rata 103,1 juta barel per hari pada tahun ini, naik 200.000 bph dibandingkan perkiraan sebelumnya. Namun, harga minyak tetap berada di bawah tekanan setelah proyeksi EIA ini, terutama karena kekhawatiran terhadap ekonomi China yang mempengaruhi pasar global.
Pengaruh Perlambatan Ekonomi dan Data China
Data ekspor China yang dirilis pada hari yang sama menunjukkan peningkatan dengan kecepatan tercepat dalam 1,5 tahun. Namun, impor tetap rendah, mengindikasikan lemahnya permintaan domestik. Margin kilang minyak di Asia juga dilaporkan turun ke level terendah musiman sejak 2020, dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan solar dan bensin.
Menurut Clay Seigle, ahli strategi pasar minyak, permintaan minyak dari negara maju hampir tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan tahun ini. Ditambah lagi, stimulus fiskal di China tidak berdampak besar pada sektor konstruksi, yang menyebabkan penurunan permintaan diesel.
Dampak Perlambatan Ekonomi Terhadap Pasar Minyak
Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, menyatakan bahwa investor semakin mempertimbangkan dampak dari perlambatan ekonomi global terhadap pasar minyak. Saham-saham energi, seperti Hess, Chevron, dan Occidental Petroleum, menjadi sektor yang paling terpengaruh di S&P 500 pada Selasa. Sejumlah perusahaan energi besar juga mengalami penurunan ke level terendah dalam 52 minggu terakhir.
Dampak Badai Tropis Francine di Teluk Meksiko
Sementara itu, Badai Tropis Francine yang melanda Teluk Meksiko telah memaksa operator minyak untuk menghentikan sekitar seperempat dari produksi minyak lepas pantai AS. Teluk Meksiko menyumbang sekitar 15% dari total produksi minyak domestik AS dan 2% dari produksi gas alam. Exxon Mobil, Shell, dan Chevron telah mengevakuasi staf mereka dan menghentikan sebagian operasi minyak dan gas di wilayah tersebut.
Namun, meskipun badai ini memengaruhi produksi, penghentian sementara ini tidak cukup untuk membalikkan sentimen negatif terkait permintaan yang lemah di pasar global.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor