BeritaInvestor.id – Harga batu bara kembali mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (5/7/2023), dengan harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$151 per ton, mengalami penurunan sebesar 0,17%. Pelemahan ini merupakan kelanjutan dari tren negatif yang telah terjadi sebelumnya, dimana harga batu bara juga melemah sebesar 2,1% pada perdagangan hari sebelumnya. Beberapa faktor yang menjadi penyebab melemahnya harga batu bara antara lain adalah penurunan harga gas dan permintaan yang melemah.
Namun, harga minyak mentah yang mengalami kenaikan membantu mencegah penurunan yang terlalu dalam pada harga batu bara. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) juga mengalami penurunan sebesar 2,93% menjadi 34,37 euro per mega-watt hour (MWh). Penurunan harga gas ini terjadi setelah adanya berkurangnya produksi listrik dari pembangkit energi baru terbarukan di Eropa. Di sisi lain, harga minyak mentah mengalami kenaikan lebih dari 1% setelah Arab Saudi mengumumkan rencana pemangkasan produksi hingga 1 juta barel per hari pada Juli dan Agustus.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Salah satu faktor utama yang menyebabkan harga batu bara melemah adalah permintaan yang belum menunjukkan peningkatan, terutama dari China sebagai konsumen terbesar batu bara. Meskipun suhu di sebagian besar wilayah China utara mengalami kenaikan, beberapa wilayah lainnya, terutama di barat daya China, mengalami hujan dan bahkan banjir. Peningkatan suhu dapat meningkatkan permintaan listrik, sementara suhu yang dingin akibat hujan dapat menurunkan permintaan listrik.
Dalam kondisi tersebut, China kemungkinan tidak akan mengimpor batu bara dalam jumlah besar. Selain itu, aktivitas manufaktur di China juga masih melemah, yang berdampak pada permintaan listrik dan bahan baku untuk sektor-sektor seperti baja. Permintaan batu bara thermal sebagai sumber energi pembangkit listrik dan batu bara kokas sebagai bahan baku industri baja kemungkinan akan menurun.
Di India, negara yang juga merupakan konsumen terbesar batu bara kedua di dunia setelah China, juga akan menghadapi musim hujan dalam beberapa minggu ke depan. Suhu di India selatan dan tengah lebih rendah dari biasanya, sedangkan di India utara lebih panas. Dengan datangnya musim hujan, impor batu bara India diperkirakan akan menurun. Namun, produksi dan pasokan batu bara di India tengah meningkat dengan tajam.
Dalam hal ini, perkembangan di China dan India akan sangat mempengaruhi harga batu bara secara global. Musim hujan di kedua negara tersebut memiliki dampak ganda yang saling bertolak belakang
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investorAkses Website Berita Investor