BeritaInvestor.id – China telah menjadi jagoan energi bersih dunia dengan menyumbang sekitar US$ 546 miliar atau hampir setengah dari aliran dana sektor energi pada tahun 2022. Kontribusi besar China dalam energi bersih menjadi perhatian positif, namun tetap harus diimbangi dengan kenyataan bahwa China tetap menjadi pencemar terbesar di planet ini, terutama karena investasi besar-besaran dalam bahan bakar fosil, seperti batu bara.
Pada paruh pertama tahun 2023, China menyetujui pembangunan lebih dari 50 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara baru. Hal ini menjadi rekor pembangkit listrik batu bara terbesar di dunia, dimaksudkan untuk mengatasi dampak kekeringan pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di negara tersebut.
Meskipun investasi dalam energi bersih meningkat, pemerintah China masih menjaga keamanan energi dengan memastikan pertumbuhan tenaga batu bara hingga tahun 2030. Produksi batu bara China telah meningkat 9% menjadi 4,5 miliar ton pada tahun lalu, lebih dari separuh dari total produksi batu bara dunia. Prediksi untuk tahun ini menunjukkan bahwa produksi batu bara China akan terus meningkat.
Tidak hanya China yang mengalami penurunan produksi PLTA, tetapi juga wilayah lain di dunia. Eropa, Amerika Utara, dan Asia mengalami penurunan drastis dalam produksi PLTA dengan kinerja global turun 3% dibandingkan rata-rata periode 2019-2021.
Penurunan pasokan tenaga air sebagai sumber energi bersih berarti akan meningkatkan ketergantungan pada sumber energi yang lebih mencemari lingkungan, seperti batu bara dan gas, untuk memenuhi permintaan listrik.
Krisis energi global, terutama akibat perang Rusia di Ukraina, telah mempengaruhi kebijakan energi di berbagai negara. Beberapa negara yang sebelumnya berkomitmen untuk mengurangi penggunaan batu bara akhirnya kembali mengandalkan sumber energi ini sebagai opsi yang dapat dikirim dan terjangkau.
Konferensi iklim COP26 menghasilkan janji untuk mengakhiri penggundulan hutan, mengekang emisi CO2 dan metana, serta menghentikan investasi publik dalam tenaga batu bara. Namun, laporan menunjukkan bahwa sejumlah negara telah melanggar janji tersebut dan masih bergantung pada batu bara sebagai sumber energi.
Krisis energi telah memaksa banyak negara untuk merenungkan kembali strategi energi mereka. Beberapa negara, seperti Inggris dan Jepang, telah mengumumkan perubahan besar dalam kebijakan energi mereka sebagai respons terhadap kondisi pasar dan kebutuhan energi yang semakin mendesak.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor