Pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini menunjukkan bahwa sentimen eksternal memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menentukan nilai rupiah. Meskipun cadangan devisa Indonesia pada bulan Mei mengalami penurunan terbesar sejak awal pandemi pada tahun 2020, nilai tukar rupiah justru menguat. Pada bulan Mei, cadangan devisa berkurang sebesar US$ 4,9 miliar atau sekitar Rp73,02 triliun (dengan asumsi JISDOR Rp14.903/US$).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menguat sebesar 53 basis poin hingga siang ini, mencapai level Rp14.843/US$, pada pukul 14:56, Jumat (9/6/2023), yang berhasil mengakhiri tekanan yang dialami selama dua hari perdagangan sebelumnya.
Penguatan nilai tukar rupiah hari ini sejalan dengan kekuatan mata uang Asia dalam menghadapi dolar Amerika, terutama setelah data terbaru mengenai klaim pengangguran di Amerika yang mencapai angka tertinggi sejak Oktober 2021, yakni sebanyak 261.000 klaim.
Angka klaim pengangguran yang tinggi di negara adidaya tersebut mengurangi kekhawatiran pelaku pasar terkait kemungkinan kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve dalam beberapa bulan ke depan. Di sisi lain, inflasi di China menunjukkan bahwa negara tersebut membutuhkan stimulus moneter melalui penurunan suku bunga acuan. Pada bulan Mei lalu, inflasi di China hampir mencapai nol.
Pada hari ini, Bank Indonesia melaporkan penurunan posisi cadangan devisa Indonesia pada bulan Mei sebesar US$ 4,9 miliar. Angka tersebut mencatat rekor penurunan terbesar sejak Maret 2020 ketika pandemi Covid-19 pertama kali terjadi. Akibatnya, posisi cadangan devisa pada bulan Mei 2023 mencapai level US$ 139,3 miliar, yang merupakan level terendah sepanjang tahun ini.