BeritaInvestor.id – Bursa saham Asia diperkirakan dibuka lebih rendah pada Selasa, 24 Januari 2024, setelah penurunan saham dan obligasi Eropa karena pejabat Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) meredam ekspektasi penurunan suku bunga yang cepat.
Kontrak berjangka saham-saham untuk benchmark Australia dan Hong Kong turun, sementara kontrak berjangka untuk ekuitas Jepang naik. Euro Stoxx 50 secara regional merosot 0,3% pada Senin, sebagian terbebani oleh kontraksi produk domestik bruto (PDB) Jerman pada kuartal keempat, meskipun negara dengan ekonomi terbesar di Eropa itu berhasil menghindari resesi.
Pada Senin, anggota Dewan Gubernur ECB Robert Holzmann mengindikasikan bahwa pemotongan suku bunga tahun ini tidak bisa dijamin mengingat masih adanya risiko inflasi dan geopolitik. Sentimen tersebut senada dengan komentar sebelumnya dari Gubernur ECB Christine Lagarde yang memperingatkan bahwa terlalu dini untuk berbicara tentang pemangkasan biaya pinjaman.
Obligasi Jerman jatuh dalam penurunan yang menyoroti kesenjangan antara ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa dan pandangan yang kurang optimis di antara para ekonom. Pasar memperkirakan sekitar enam kali pemotongan, sementara ekonom yang disurvei oleh Bloomberg melihat empat kali penurunan sebanyak 25 basis poin sebagai skenario yang lebih realistis.
Imbal hasil Australia dan Selandia Baru naik secara perlahan dalam perdagangan Asia awal, mencerminkan tekanan jual di Eropa. Dolar naik terhadap mata uang utama dengan dolar Selandia Baru dan krone Norwegia menjadi mata uang yang paling tertinggal di antara negara-negara G-10.
Dalam komoditas lain, emas naik 0,4% menjadi sekitar US$2.056 per ons dan Bitcoin naik 0,5% menjadi di atas US$42.000 pada Senin. Kontrak berjangka gas alam Eropa jatuh ke level terendah sejak Agustus, menggarisbawahi keberhasilan kawasan itu dalam meningkatkan pasokan sejak krisis energi pada 2022.
Investor akan melihat ke depan pembacaan inflasi di Jerman dan Inggris, serta sejumlah pemimpin politik dan pejabat termasuk Perdana Menteri China Li Qiang yang menghadiri World Economic Forum tahunan. Pidato Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, setelah para pejabat pekan lalu berusaha meredam ekspektasi terhadap penurunan suku bunga, juga akan dipantau secara ketat.
Analisis:
Pelemahan bursa saham Asia pada Selasa dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga yang lebih lambat dari Bank Sentral Eropa. Hal ini disebabkan oleh masih adanya risiko inflasi dan geopolitik yang membayangi perekonomian global.
Penurunan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan pasar akan mengurangi daya tarik aset-aset berisiko, seperti saham. Hal ini karena investor akan mencari instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi, seperti obligasi.
Selain itu, pelemahan bursa saham Asia juga dipengaruhi oleh data ekonomi Jerman yang menunjukkan kontraksi 0,7% pada kuartal keempat 2022. Meskipun Jerman berhasil menghindari resesi, namun data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut mulai melambat.
Secara keseluruhan, prospek pasar saham Asia pada Selasa masih dibayangi oleh faktor-faktor negatif, seperti ekspektasi suku bunga yang lebih lambat dan data ekonomi yang kurang menggembirakan. Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan melakukan diversifikasi investasi untuk mengurangi risiko.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor