BeritaInvestor.id – PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), perusahaan yang berada dalam naungan Prajogo Pangestu, telah memasuki tahap persiapan untuk meluncurkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Perusahaan yang berfokus pada usaha geotermal ini akan menjalani tahap penawaran awal (bookbuilding) mulai dari tanggal 18 hingga 25 September 2023. Pasar akan diuji dengan kisaran harga saham yang berkisar antara Rp 670 hingga Rp 780 per saham, yang akan kemudian ditetapkan harga pastinya. Diperkirakan penawaran umum akan dilaksanakan pada tanggal 2-4 Oktober mendatang.
Dalam rangka IPO ini, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) berencana untuk melepas hingga 4,5 miliar saham, dengan nilai penawaran umum mencapai maksimal Rp 3,5 triliun. BNI Sekuritas dipercayakan sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Berdasarkan informasi dalam prospektusnya, Grup Barito Renewables yang dikelola oleh Prajogo Pangestu mengoperasikan tiga fasilitas pembangkit listrik tenaga panas bumi, yaitu:
- Operasi pembangkitan listrik tenaga panas bumi Wayang Windu, yang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Wilayah ini terletak di dekat Pangalengan, sekitar 40 km di selatan Kota Bandung. Grup BREN memiliki perjanjian jual beli tenaga listrik take-or-pay jangka panjang hingga 400 MW dengan PLN.
- Operasi pembangkitan listrik tenaga panas bumi Darajat, yang berlokasi di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung di Jawa Barat. Ini termasuk seluruh hak dan kewajiban berdasarkan joint operation contract (JOC) Darajat dan energy sales contract (ESC) Darajat.
- Operasi pembangkitan listrik tenaga panas bumi Salak, yang terletak di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor di Jawa Barat. Ini juga termasuk seluruh hak dan kewajiban berdasarkan JOC Salak dan ESC Salak.
IPO BREN akan menambah jumlah emiten geotermal di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sebagai salah satu di antaranya. Dari segi kapasitas terpasang, anak perusahaan PT Barito Pacific Tbk ini memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan PGEO, dengan kapasitas terpasang mencapai 672 MW dari 6 lokasi.
Meskipun demikian, per 1Q23, laba bersih BREN sebesar US$ 29,2 juta lebih rendah dibandingkan dengan laba bersih PGEO sebesar US$ 47 juta, terutama disebabkan oleh tingginya beban keuangan akibat tingginya level utang.
Dari segi valuasi, IPO Barito Renewables dikatakan lebih premium dibandingkan dengan PGEO. Berdasarkan kinerja keuangan BREN per 1Q23 TTM dan mempertimbangkan dana yang diperoleh dari IPO, valuasi BREN menjadi sebagai berikut:
- P/S (Price-to-Sales): 10,1x–11,8x (dibandingkan dengan PGEO: 9,5x)
- P/E (Price-to-Earnings): 60,2x–70,1x (dibandingkan dengan PGEO: 26,9x)
- P/BV (Price-to-Book Value): 14,1x–15,3x (dibandingkan dengan PGEO: 2,0x)
Dengan rangkaian persiapan IPO yang telah dimulai, BREN berharap untuk menyambut pasar dengan tawaran yang menarik dan berpotensi memperkuat posisinya dalam industri energi geotermal yang berkembang pesat di Indonesia.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor