BeritaInvestor.id – Harga batu bara mengalami rally selama tujuh hari berturut-turut, mencatatkan kenaikan harga tertinggi sepanjang tahun ini. Kenaikan ini didorong oleh pengetatan produksi batu bara di China dan meningkatnya harga komoditas energi. Pada perdagangan awal pekan lalu, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus mencapai US$ 143,10 per ton, mencatat posisi penutupan tertinggi dalam sepuluh hari perdagangan terakhir.
Meski mengalami peningkatan sebesar 12,54% dari bottom pada Kamis dua pekan lalu, harga batu bara masih mengalami koreksi sebesar 7,35% dari awal Juli. Harga batu bara thermal di Asia berpotensi mengalami lonjakan permintaan dari China sebagai importir terbesar, yang didorong oleh peningkatan harga domestik di China dan penurunan produksi batu bara. Namun, sebaliknya, India diperkirakan akan menjadi pembeli yang lebih aktif di pasar spot untuk mengisi pasokan kargo batu bara lintas laut.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Kondisi pengetatan produksi di China berpotensi meningkatkan ekspor batu bara dari Indonesia, karena China akan mencari batu bara impor yang lebih murah. Di sisi lain, India mengalami peningkatan produksi batu bara domestik sebesar 15% secara tahunan, namun impor batubara India dari Indonesia mengalami penurunan 17% pada semester pertama.
Kenaikan harga batu bara juga dipengaruhi oleh melonjaknya harga komoditas energi, termasuk harga minyak mentah dan gas alam di pasar global. Lonjakan harga gas alam disebabkan oleh persoalan persediaan, termasuk perpanjangan pemadaman listrik di Norwegia dan penurunan pasokan angin di Jerman.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor