BeritaInvestor.id – Pemerintah Indonesia akan meluncurkan superholding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dinamakan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara) pada 8 November 2024. Berperan mirip Temasek di Singapura atau Khazanah di Malaysia, BP Danantara diharapkan menjadi motor utama dalam mengelola investasi negara dengan struktur pengelolaan yang lebih terpadu.
Dalam laporan yang diterima redaksi Kontan, BP Danantara akan menaungi berbagai perusahaan BUMN besar, termasuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Pertamina, Mining Industry Indonesia (MIND ID), serta Indonesia Investment Authority (INA). Total aset awal yang dikelola BP Danantara diperkirakan mencapai US$ 600 miliar, dengan potensi meningkat hingga US$ 982 miliar, menjadikannya salah satu Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar di dunia.
Manfaat Pembentukan BP Danantara bagi BUMN
Menurut Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, pembentukan BP Danantara diharapkan menjadi katalis positif bagi perusahaan BUMN yang bernaung di bawahnya. Tujuan utama dari superholding ini adalah untuk mengelola investasi yang tidak bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga dapat mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Dengan pengelolaan yang terintegrasi, BP Danantara akan menciptakan efisiensi dalam pengelolaan aset dan memungkinkan berbagai entitas negara untuk berkoordinasi lebih baik dalam menjalankan investasi yang lebih optimal. “Dalam perjalanannya, perusahaan besar seperti BMRI, BBRI, PLN, Pertamina, BBNI, TLKM, MIND ID, dan INA akan menjadi bagian dari superholding ini,” jelas Nico kepada Kontan.
Peluang dan Tantangan bagi Emiten BUMN
Meskipun potensi untuk mengoptimalkan pengelolaan aset milik negara besar, beberapa pengamat seperti Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Adityo Nugroho, memprediksi bahwa integrasi ini mungkin tidak langsung memengaruhi harga saham emiten yang tergabung di BP Danantara. Adityo juga menekankan bahwa superholding ini merupakan langkah tepat untuk pengelolaan aset-aset negara yang selama ini telah dikonsolidasikan dalam beberapa holding khusus sejak era Presiden Joko Widodo.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, memiliki pandangan positif terhadap dampak pembentukan BP Danantara pada saham-saham BUMN, seperti BMRI, BBRI, BBNI, dan TLKM. Menurutnya, ini adalah “time to buy” untuk saham-saham tersebut, mengingat potensi dana yang besar akan masuk ke perusahaan-perusahaan ini melalui BP Danantara.
Arah Masa Depan BP Danantara sebagai Superholding BUMN
Seiring dengan pembentukan BP Danantara, fokus superholding ini akan berada pada pengelolaan risiko yang lebih baik, peningkatan tata kelola, serta pengoptimalan return investasi. Dengan total potensi dana kelolaan sebesar US$ 982 miliar, BP Danantara berpotensi menjadi SWF terbesar kelima di dunia, berada di bawah Norway Government Pension Fund Global, China Investment Corporation, SAFE Investment Company, dan Abu Dhabi Investment Authority.
Namun, Nico Demus juga menyoroti pentingnya kajian mendalam mengenai dampak pembentukan superholding ini terhadap setiap entitas di bawah naungannya. Hal ini penting untuk memahami konsep dan arah yang akan dibawa BP Danantara dalam investasi strategisnya.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor