BeritaInvestor.id – Ekonom Bloomberg Economics, Tamara Mast Henderson, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 hanya mencapai 4,9%, turun dari proyeksi sebelumnya 5,1%. Prediksi ini mengakui risiko global seperti proteksionisme perdagangan AS dan ketidakpastian politik yang memperlemah optimisme investor. Dampak kebijakan tarif Presiden Trump dinilai akan merugikan ekspor Indonesia meski angka ekspornya ke AS hanya 10% dari total atau kurang dari 2% PDB.Risiko Perang Dagang Global
Kenaikan tarif AS terhadap barang pertanian, logam, dan manufaktur akan mengancam 25% pendapatan ekspor Indonesia. Efek tidak langsung seperti penurunan investasi asing (FDI) diperkirakan menyusut karena bisnis Amerika lebih memilih ‘re-shoring’. Investor juga khawatir pasar saham, dengan IHSG terjun 12,9% year-to-date—terburuk kedua di Asia. Rupiah melemah 2,7% sementara yield SUN 10Y naik 40 basis poin.Pemerintah dan Tantangan Fiskal
Meski Pemerintah Indonesia mengejar diversifikasi pasar dengan mandat biodiesel B40 dan program ‘3 Juta Rumah’, sentimen pasar tetap negatif. Defisit anggaran awal tahun menggerakkan kekhawatiran ketahanan fiskal, terutama jika Presiden Prabowo melepas pengendalian belanja. Ekonom memperingatkan risiko lebih besar bila Parlemen menurunkan batas defisit atau BI dipaksa ‘membiayai’ utang pemerintah melalui pembelian surat utang.Peluncuran Danantara dan Risikonya
Badan pengelola investasi baru bernilai lebih $900 miliar diprediksi meningkatkan koordinasi proyek infrastruktur, tapi potensi konsentrasi kekuasaan tanpa transparansi jadi ancaman. Ekonom menekankan perlunya regulasi yang jelas untuk menghindari konflik kepentingan.Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.