BeritaInvestor.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis 0,1% di level Rp15.520/US$ pada perdagangan Kamis (21/12/2023). Pelemahan ini selaras dengan depresiasi yang terjadi sehari sebelumnya pada Rabu (20/12/2023) yakni sebesar 0,03%.
Meski demikian, pergerakan rupiah selama beberapa hari ini cenderung sideways atau stagnan. Rupiah yang bergerak stagnan ini sebenarnya baik bagi pasar karena dinilai stabil.
Stabilnya rupiah terjadi lantaran ketidakpastian global yang kian mereda, salah satunya disebabkan oleh posisi suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR) yang dinilai sudah mencapai puncak atau terminal rate.
“Dengan perkembangan itu kita melihat ketidakpastian pasar keuangan global sudah mulai mereda. Belum rendah banget tapi tidak akan memburuk,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/12/2023).
Menanggapi tekanan global yang mereda, BI pun mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) pada Desember 2023 dengan kembali menahan suku bunga acuan di level 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan itu untuk terus menjaga konsistensi kebijakan moneter BI mendukung stabilitas perekonomian (pro stability), terutama untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20-21 Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%,” kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Di sisi lain, Perry menekankan, nilai tukar Rupiah pada 20 Desember 2023 juga tercatat menguat secara rata-rata sebesar 0,44% dibandingkan dengan perkembangan pada November 2023. Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar Rupiah menguat 0,37% dibandingkan dengan level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand yang masing-masing tercatat melemah sebesar 0,05%, 0,53%, dan 0,85%.
Untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, Perry mengungkapkan, RDG Desember juga memastikan berbagai langkah tambahan, di antaranya stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Lalu, penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor