BeritaInvestor.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan tiga pilar utama yang menopang stabilitas eksternal ekonomi Indonesia di tengah gejolak global. Pertama, BI memproyeksi defisit neraca transaksi berjalan 2025 hanya 0,5%-1,3% terhadap PDB, jauh lebih rendah dari batas aman standar internasional (bawah 3%). Defisit ini bisa dibalansir oleh surplus transaksi modal dan finansial seperti aliran dana asing ke portofolio investasi serta devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA).
Perbandingan Proyeksi Defisit BI vs IMFBank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan 2025 tetap rendah di kisaran 0,5%-1,3%, sementara International Monetary Fund (IMF) menyebut angka melebar hingga 1,5%. Perbedaan ini disebabkan analisis BI yang menghitung dampak kebijakan tarif resiprokal AS terhadap China dan negara lain. Perry menjelaskan perhitungan BI mempertimbangkan efektivitas tarif tersebut pada pertumbuhan ekonomi AS-China, serta pengaruhnya langsung-terhadap ekspor Indonesia.
Cadangan Devisa di Level StabilSalah satu pilar utama adalah cadangan devisa RI yang mencapai level tinggi (lebih dari $140 miliar). Ini memberi perlindungan terhadap fluktuasi eksternal. Sementara IMF memperingatkan tarif global akan mengurangi pertumbuhan perdagangan dunia menjadi 1,7% tahun ini, BI yakin kebijakan fiskal dan moneter Indonesia mampu menjaga stabilitas.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.