BeritaInvestor.id – Kenaikan harga beras yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir menjadi perhatian serius Bank Indonesia (BI). BI terus meningkatkan intensitasnya dalam memastikan tekanan inflasi, khususnya inflasi harga pangan bergejolak (volatile food), tidak semakin tinggi.
Dampak Kenaikan Harga Beras
Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman mengatakan, kenaikan harga beras telah berdampak 0,64% terhadap inflasi umum. Bobotnya terhadap survei biaya hidup (SBH) mencapai 3,43%, sehingga mendongkrak inflasi volatile food hingga 7,22%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu 6,73%.
Penyebab Kenaikan Harga Beras
Berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakukan BI, harga beras memang tinggi di sejumlah wilayah. Contohnya, di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai Rp 12.947/kg dan Kalimantan Tengah mencapai Rp 18.800/kg.
Menurut Aida, penyebab lonjakan harga beras ini di antaranya masih berasal dari efek El-Nino atau fenomena cuaca panas berpanjangan. Hal ini tercermin dari indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yang moderat dengan intensitas hujan yang belum senormal Januari tahun lalu.
Upaya Pemerintah dan BI
Pemerintah memenuhi stok pasokan beras khusus untuk cadangan beras pemerintah (CBP) melalui impor. Saat ini, posisi CBP sebesar 1,2 juta ton yang masih memadai untuk operasi pasar atau program Stabilisasi Pasokan Dan Harga Pangan (SPHP).
Sementara itu, BI fokus menggelar gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP) untuk menjaga stabilisasi inflasi pangan. Aida mengatakan, GNPIP dilakukan di seluruh kantor perwakilan BI dengan fokus pada aspek kepastian pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, hingga komunikasi.
Target Inflasi Pangan
BI menargetkan inflasi volatile food tidak jauh-jauh dari 5%.
Harga Beras Pecahkan Rekor
Sebagai informasi, Panel Harga Badan Pangan mencatat, hari ini harga beras premium pecah rekor ke Rp16.210 per kg, naik Rp50 dari sehari sebelumnya. Harga beras medium juga pecah rekor, naik Rp20 ke Rp14.140 per kg.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor