BeritaInvestor.id – Bank Indonesia (BI) memperingatkan dua risiko utama dari kebijakan tarif balasan AS terhadap Indonesia: aliran modal keluar dan tekanan pada nilai tukar rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa kebijakan ini menciptakan ketidakpastian bagi investor global, mengakibatkan dana asing beralih ke pasar dianggap aman seperti Eropa, Jepang, dan emas.
Risiko Aliran Modal Keluar
Modal asing yang masuk Indonesia mencapai US$1,6 miliar hingga Maret 2025, terutama melalui obligasi pemerintah dan SRBI. Namun setelah AS mengumumkan tarif, net outflow mencapai US$2,8 miliar hingga April 2025. Perry menegaskan aliran ini bukan karena selisih imbal hasil dengan negara lain, melainkan karena “risk appetite” investor yang tinggi dan ketidakpastian akibat kebijakan tarif.
Tekanan pada Rupiah
Rupiah sempat melemah hingga Rp17.300-Rp17.400 per dolar AS saat libur Idulfitri lalu, terutama di pasar NDF (non deliverable forward). BI langsung intervensi pada 7 April 2025, sehingga rupiah pulih ke Rp16.855 per dolar AS pada akhir April.
BI yakin nilai tukar rupiah tetap stabil berkat imbal hasil menarik dan prospek ekonomi Indonesia yang baik. Mereka akan terus memantau situasi melalui intervensi pasar dan kebijakan moneter. Perry menambahkan, “Ketika ketidakpastian reda, investor global akan kembali masuk karena fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat.”
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.