BeritaInvestor.id – Saat nilai tukar rupiah melemah, Bank Indonesia melakukan intervensi untuk mendukung stabilitas pasar. Intervensi ini menyusul turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih dari 6% pada sesi perdagangan awal hari ini. Menurut Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, langkah ini diambil untuk menjaga keseimbangan di pasar valuta asing (valas) serta untuk menahan volatilitas nilai tukar rupiah.
Pergerakan Rupiah
Di pagi hari, rupiah sempat menguat, namun tekanan jual di pasar saham menyebabkan rupiah tergerus dan melemah. Pada satu titik, rupiah tercatat di Rp16.475/US$, turun 0,46% saat perdagangan sesi kedua dimulai. Namun, pukul 13:46 WIB, rupiah sedikit pulih ke level Rp16.448/US$. Di antara mata uang Asia lainnya, rupiah menjadi yang kedua melemah setelah won Korea Selatan.
Tantangan di Pasar Saham
Pelemahan juga terasa di pasar surat utang, di mana harga Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder mengalami penurunan. Yield untuk tenor 10 tahun meningkat menjadi 7,027%, menunjukkan adanya kenaikan di hampir semua tenor. Tekanan jual ini diduga berkaitan dengan situasi ekonomi domestik yang menunjukkan rendahnya konsumsi dan kinerja korporasi yang terancam.
Kekhawatiran Peringkat Utang
Investor semakin khawatir akan potensi penurunan peringkat utang Indonesia seiring dengan kinerja fiskal yang menunjukkan defisit yang meningkat. Wijayanto Samirin, seorang ekonom, menyatakan bahwa kekhawatiran terhadap credit rating ini dipicu oleh risiko fiskal yang dihadapi negara saat ini. Tiga lembaga pemeringkat akan mengumumkan penilaian mereka pada periode Maret hingga Juli.
Risiko dan Prospek
Fitch Ratings mempertahankan peringkat Indonesia di BBB dengan prospek stabil, tetapi peringatan mengenai pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara dapat berpotensi meningkatkan liabilitas pemerintah. Menurut MUFG, ketidakpastian kebijakan domestik dan kondisi pasar global membuat sentimen pasar terkendala. Mereka memperkirakan nilai rupiah bisa jatuh lebih dalam menuju Rp16.625/US$ di kuartal II-2025 jika kondisi tidak membaik.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.