BeritaInvestor.id – Pembicaraan mengenai kemungkinan merger operasi telekomunikasi mereka di Indonesia kembali muncul antara perusahaan telekomunikasi terbesar Malaysia, Axiata Group Bhd, dan konglomerat Indonesia, PT Sinar Mas Group, seperti yang diketahui oleh pihak terkait.
Pemilik PT XL Axiata dan PT Smartfren Telecom sedang bekerja sama dengan penasihat untuk mempertimbangkan transaksi potensial, demikian disampaikan oleh sumber yang tidak ingin diidentifikasi karena sifat kerahasiaan masalah ini. Pilihan lain yang sedang dipertimbangkan termasuk perjanjian berbagi jaringan dan kemitraan, kata sumber-sumber tersebut.
Saham XL Axiata naik sekitar 18% tahun ini, dengan valuasi perusahaan mencapai US$2,2 miliar (RM10,26 miliar). Saham Smartfren turun sekitar 18%, dengan valuasi perusahaan sekitar US$1,2 miliar.
Namun, perbincangan ini masih tahap awal, dan belum ada kepastian bahwa kesepakatan akan terjadi, kata para sumber. Merza Fachys, Direktur Utama Smartfren, mengatakan bahwa ia akan menunggu dan melihat perkembangan perbincangan ini, sementara perwakilan dari Sinar Mas merujuk permintaan tersebut kepada Smartfren. Perwakilan dari XL Axiata mengatakan bahwa mereka tidak dapat memberikan komentar mengenai spekulasi.
Seorang juru bicara Axiata mengatakan bahwa Axiata selalu mencari peluang kolaborasi dan kemitraan strategis, serta berharap dapat tumbuh secara berkelanjutan di seluruh jejak geografisnya.
Pembicaraan kembali antara Axiata dan Sinar Mas ini mengikuti upaya-upaya sebelumnya yang tidak berhasil, seperti yang telah dilaporkan oleh Bloomberg News.
XL Axiata memiliki 58 juta pelanggan per 30 Juni, menurut presentasi keuangan terbarunya. Axiata memiliki sekitar 66% saham perusahaan tersebut. Smartfren, yang merupakan unit dari Sinar Mas, memiliki 36 juta pelanggan per akhir tahun 2022, sesuai dengan laporan tahunannya.
Pasar telekomunikasi Indonesia baru-baru ini mengalami konsolidasi. Tahun lalu, CK Hutchison Holdings Ltd dan Ooredoo dari Qatar menggabungkan bisnis telekomunikasi mereka di Indonesia dalam transaksi senilai US$6 miliar, sebagai upaya mereka untuk menghadapi persaingan di pasar terbesar di Asia Tenggara berdasarkan jumlah pelanggan.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor
