BeritaInvestor.id – PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang dikenal sebagai Primaya Hospital, telah mengumumkan rencana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 3,48 miliar atau setara dengan Rp 55,43 triliun untuk mengembangkan bisnis mereka dalam tiga tahun ke depan.
Dana tersebut akan digunakan untuk berbagai proyek yang mencakup pembangunan smelter tembaga, pemurnian logam mulia (precious metals refinery/PMR), ekspansi pabrik pemrosesan bijih, pembangkit listrik siklus gabungan (CCPP) dan fasilitas LNG, ekspansi townsite, serta perawatan peralatan tambang.
Direktur Utama PT Amman Mineral Internasional Tbk, Alexander Ramlie, menjelaskan bahwa dana sebesar US$ 3,48 miliar akan dialokasikan secara bertahap. Tahun ini, perusahaan telah menganggarkan capex sebesar US$ 1,41 miliar, sementara pada 2024 akan mencapai US$ 1,31 miliar, dan pada 2025 sebanyak US$ 756 juta. Total belanja modal ini akan didanai melalui kombinasi dana dari hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham, pinjaman bank, dan kas internal.
Hingga semester I-2023, perseroan telah mengalokasikan sekitar 30,78% dari total belanja modal yang dianggarkan tahun ini, dengan capex mencapai US$ 436 juta. Rencananya, perseroan akan mengalokasikan US$ 365 juta untuk pembangunan smelter dan PMR di 2023, dengan ekspansi pabrik pemrosesan bijih mencapai US$ 469 juta, CCPP dan fasilitas LNG sebesar US$ 226 juta, pembangunan fasilitas tempat tinggal karyawan (townsite) sebesar US$ 25 juta, dan pemeliharaan peralatan tambang sebesar US$ 332 juta pada tahun ini.
Vice President Corporate Communication AMMN, Kartika Octaviana, menyatakan bahwa pembangunan smelter dan PMR diharapkan akan selesai pada kuartal II-2024, diikuti oleh penyelesaian CCPP dan fasilitas LNG pada kuartal IV-2024. Sementara itu, ekspansi pabrik pemrosesan bijih diharapkan selesai pada kuartal I-2025, dan pembangunan townsite di kuartal II-2025.
Vina menjelaskan bahwa smelter yang sedang dibangun akan memiliki kapasitas untuk mengolah 900 ribu ton konsentrat tembaga per tahun. Hasil dari smelter ini akan mencakup 220 ribu ton per tahun katoda tembaga dengan tingkat kemurnian 99,99% dan 830 ribu ton per tahun asam sulfat dengan tingkat kemurnian 98,5%. Katoda tembaga umumnya digunakan dalam industri otomotif, elektronik, dan lainnya, sementara asam sulfat digunakan sebagai bahan baku pupuk.
“Pembangunan ini merupakan komitmen Amman dalam mendukung program hilirisasi mineral yang dicanangkan Pemerintah Indonesia,” tambahnya.
Selain itu, perusahaan juga akan memperluas pabrik pemrosesan untuk mengolah bijih mineral di masa depan, dengan kapasitas input yang meningkat dua kali lipat dari 40 ton menjadi 85 ton. Selain itu, Amman sedang membangun pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) berkapasitas 450 megawatt (MW), hampir tiga kali lipat dari kapasitas pembangkit listrik saat ini.
Amman Mineral Internasional Tbk berkomitmen untuk menjadi salah satu perusahaan pertama di kawasan tersebut yang beralih ke gas sebagai sumber energi yang lebih bersih dengan emisi karbon yang lebih rendah, menggantikan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dan diesel yang saat ini digunakan oleh perusahaan. Perusahaan juga telah memiliki pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Fotovoltaik (Solar PV) berkapasitas 26,8 MW untuk mendukung operasional tambang Batu Hijau. PLTS ini dioperasikan oleh perusahaan patungan antara Amman dan Medco, yakni PT MedcoPower Solar Sumbawa.
Dalam hal produksi, PT Amman Mineral Nusa Tenggara berencana untuk memproduksi 610 ribu ton konsentrat tembaga tahun ini. Produksi ini akan berasal dari hasil tambang batu hijau fase 7 yang dioperasikan oleh anak perusahaan AMMN, PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Pada tahun 2023, perusahaan berencana untuk memproduksi 320 juta ton batuan yang mengandung mineral, yang kemudian akan diangkut ke pabrik konsentrator untuk diproses lebih lanjut menjadi konsentrat tembaga siap ekspor.
Dengan langkah-langkah ekspansi dan investasi ini, Amman Mineral Internasional Tbk berkomitmen untuk terus meningkatkan produktivitas dan kontribusi mereka dalam sektor pertambangan dan hilirisasi mineral di Indonesia.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor