BeritaInvestor.id – PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menyatakan bahwa audit investigasi terkait dugaan pelanggaran integritas di anak perusahaannya, PT Kimia Farma Apotek (KFA), diharapkan selesai pada Agustus 2024.
Dugaan pelanggaran ini diduga menjadi salah satu penyebab utama kerugian perusahaan sebesar Rp1,8 triliun pada tahun 2023.
“Audit investigasi mengenai dugaan pelanggaran integritas masih berlangsung. Kami berharap hasilnya dapat diperoleh pada awal Agustus,” ujar Lina Sari, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAEF, di Jakarta, Selasa (25/6/2024).
Meski demikian, Lina menyatakan bahwa perusahaan belum bisa memastikan apakah dugaan pelanggaran tersebut merupakan manipulasi tata kelola dan laporan keuangan. Ia meminta publik bersabar menunggu hasil audit investigasi.
“Kami belum bisa menyimpulkan apakah ada tindakan korupsi atau tidak. Jadi kita tunggu saja hasilnya,” kata Lina.
Sebelumnya, manajemen KAEF telah mencurigai adanya dugaan pelanggaran integritas dalam penyajian data laporan keuangan di KFA yang terjadi antara 2021 dan 2022. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan audit investigasi.
“Manajemen KAEF saat ini sedang menelusuri lebih lanjut dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen,” kata Direktur Utama KAEF, David Utama, pada awal Juni lalu.
Menurut temuan awal internal, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa KAEF melakukan manipulasi keuangan dengan cara menggelembungkan laporan yang seharusnya merugi menjadi tampak menguntungkan.
“Kalau tidak ada audit internal, KAEF tidak akan menemukan hal ini. Audit internal kami menemukan adanya pelanggaran,” ujar Arya.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2023, KAEF membukukan rugi bersih sebesar Rp1,48 triliun. Angka ini meningkat hampir delapan kali lipat dibandingkan kerugian Rp190,4 miliar pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, KAEF mencatat kenaikan penjualan bersih sebesar 7,93% menjadi Rp9,96 triliun dari sebelumnya Rp9,23 triliun. Namun, beban pokok penjualan naik 25,83% menjadi Rp6,86 triliun dari sebelumnya Rp5,45 triliun.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor