BeritaInvestor.id – Pemilik Grup Barito Pacific, Prajogo Pangestu, kini menduduki posisi ke-24 sebagai orang terkaya di dunia. Berdasarkan laporan Forbes per Rabu (15/5/2024), pria berusia 79 tahun ini memiliki kekayaan bersih sebanyak US$66,5 miliar atau setara dengan Rp1.064 triliun.
Kekayaan Melebihi Hartono Bersaudara
Harta Prajogo Pangestu lebih besar dari gabungan harta kekayaan Hartono bersaudara, pemilik Djarum-BCA, yang totalnya mencapai US$46,9 miliar. Bahkan, jika digabungkan dengan harta orang kedua terkaya di Indonesia, Low Tuck Kwong dari Bayan Resources (BYAN), yang sebesar US$26 miliar, kekayaan Prajogo masih sedikit lebih kecil.
Lonjakan Kekayaan yang Signifikan
Kekayaan Prajogo naik drastis hingga 1.154% pada awal 2024 dibandingkan dengan tahun 2023, di mana kekayaannya mencapai US$5,3 miliar. Dalam satu hari, kekayaannya naik hingga US$4,4 miliar (Rp70,4 triliun), hanya kalah dari pendiri Oracle, Larry Ellison, dalam hal penambahan harta terbanyak dalam sehari.
Lonjakan harta ini didorong oleh kenaikan harga saham-saham perusahaan yang dimilikinya, seperti PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Awal Perjalanan Bisnis Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu sukses mengumpulkan pundi-pundi kekayaan meski latar belakangnya sederhana. Lahir dan besar di Kalimantan, ia hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarganya. Ia pernah bekerja sebagai sopir angkutan umum dan menjual bumbu dapur serta ikan asin.
Kesuksesannya dimulai ketika bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray. Pada 1969, Prajogo bergabung dengan PT Djajanti Grup milik Burhan dan tujuh tahun kemudian menjadi General Manager Pabrik Plywood Nusantara. Setelah setahun, ia memutuskan resign dan membeli perusahaan yang sedang krisis finansial, CV Pacific Lumber Coy, yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific.
Ekspansi Bisnis yang Berkelanjutan
Pada masa Orde Baru, PT Barito Pacific maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia. Namun, kesuksesan ini tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang. Ia mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk, dan pada 1993 membawa Barito Pacific Timber go public.
Pada 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI. Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Pada 2023, Prajogo juga membawa dua perusahaannya, CUAN dan BREN, melantai di bursa RI.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor