BeritaInvestor.id – Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I-2024. Posisi ULN Indonesia pada triwulan I-2024 tercatat sebesar US$ 403,9 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada triwulan IV-2023 yang sebesar US$ 408,5 miliar. Kepala Departemen Komunikasi BI dan Asisten Gubernur, Erwin Haryono, menyebutkan penurunan ini bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta.
Penurunan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta
Erwin menjelaskan bahwa ULN pemerintah mengalami penurunan sebesar US$ 192,2 miliar pada triwulan I-2024, turun dari US$ 196,6 miliar pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan, ULN pemerintah terkontraksi sebesar 0,9% (yoy), setelah tumbuh 5,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
“Pemerintah berkomitmen untuk tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara fleksibel dan oportunistik dalam aspek waktu, tenor, mata uang, dan instrumen untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal,” ujar Erwin.
Pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas pemerintah yang mencakup sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (21,1% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,3%); Jasa Pendidikan (16,9%); Konstruksi (13,7%); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,6%).
ULN Swasta
BI juga mencatat bahwa posisi ULN swasta pada triwulan I-2024 tercatat sebesar US$ 197,0 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar US$ 198,4 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,8% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan lalu sebesar 1,2% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ULN ini bersumber dari perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 1,8% (yoy) dan 1,6% (yoy).
Menurut sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta. ULN swasta juga didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1% terhadap total ULN swasta.
Struktur ULN Indonesia Tetap Sehat
Erwin menegaskan bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,3% dari 29,8% pada triwulan sebelumnya, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,8% dari total ULN.
Untuk menjaga struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor