BeritaInvestor.id – Raksasa kopi global Starbucks mengalami penurunan kapitalisasi pasar secara signifikan pasca rilis data keuangan kuartal I/2024 yang mengecewakan dan boikot yang masih berlanjut.
Harga saham Starbucks ambles 17% dalam dua hari, dari US$ 88,49 per saham sebelum rilis kinerja menjadi US$ 73,11 per saham pada akhir pekan lalu. Penurunan ini menelan korban kapitalisasi pasar senilai Rp 278 triliun.
Penurunan kinerja keuangan menjadi faktor utama anjloknya saham Starbucks. Laba bersih perusahaan turun dari US$ 908 juta menjadi US$ 772 juta, dan laba per saham merosot dari 80 sen menjadi 68 sen. Pendapatan pun meleset dari ekspektasi analis, hanya mencapai US$ 8,6 miliar dibandingkan perkiraan US$ 9,1 miliar.
Penjualan di toko pun mengalami penurunan, dengan penurunan global 4% dan penurunan 11% di Tiongkok. Investor mengamati kinerja penjualan restoran sebagai indikator sentimen konsumen, dan penurunan ini menjadi sinyal negatif.
Faktor lain yang membebani penjualan Starbucks adalah boikot yang masih berlanjut akibat kontroversi terkait konflik Israel-Palestina. CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, mengakui bahwa perusahaannya masih berusaha mengatasi “kesalahan persepsi” terkait mereknya, namun dia optimis bahwa persepsi pelanggan mulai membaik.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor