BeritaInvestor.id – Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan peringatan terbaru terkait perekonomian Amerika Serikat (AS) dalam laporan proyeksi global yang dirilisnya pada Selasa (16/4/2024).
IMF menyoroti kekhawatirannya terhadap pengeluaran berlebihan yang dilakukan pemerintah AS, yang berpotensi meningkatkan risiko inflasi dan merusak stabilitas keuangan global.
Defisit Anggaran AS Melonjak
Defisit anggaran AS melonjak dari US$ 1,4 triliun (Rp 22.723 triliun) pada tahun fiskal 2022 menjadi US$ 1,7 triliun (Rp 27.592 triliun) tahun lalu, menurut World Economic Outlook terbaru.
IMF menyatakan bahwa meskipun kinerja AS baru-baru ini mengesankan dan menjadi pendorong utama pertumbuhan global, hal tersebut juga mencerminkan faktor permintaan yang kuat, termasuk sikap fiskal yang tidak sejalan dengan keberlanjutan fiskal jangka panjang.
Utang Nasional Mengkhawatirkan
Utang nasional AS yang membengkak, melebihi US$ 34 triliun (Rp 551.854 triliun) pada bulan Desember, dan defisit fiskal mengancam akan memperburuk tingkat inflasi yang sangat tinggi sekaligus menimbulkan risiko jangka panjang terhadap perekonomian global.
AS melampaui batas atas utangnya, yang secara hukum ditetapkan sebesar US$ 31,4 triliun, pada bulan Januari 2023. Setelah berbulan-bulan peringatan dari Departemen Keuangan AS mengenai gagal bayar, Presiden Joe Biden pada bulan Juni 2023 menandatangani rancangan undang-undang utang bipartisan yang menangguhkan batas tersebut hingga Januari 2025.
Namun, penangguhan ini hanya memungkinkan pemerintah untuk terus melakukan pinjaman tanpa batas hingga tahun depan, dan utang terus melonjak. CBO memproyeksikan utang masyarakat bisa melonjak sebesar US$ 19 triliun (Rp 308.389 triliun) pada dekade berikutnya dan melampaui angka US$ 54 triliun (Rp 876.474 triliun), didorong oleh meningkatnya biaya akibat penuaan populasi dan biaya bunga yang lebih tinggi.
Beban Utang dan Program Pemerintah
Sejak menjabat, Biden telah menghabiskan triliunan dolar untuk bantuan pada masa pandemi Covid-19 serta infrastruktur. AS juga telah mengeluarkan miliaran dolar untuk bantuan bagi Ukraina.
Beberapa pihak menilai program-program ini memicu pembengkakan utang. Namun, pemerintahan Biden bersikeras bahwa pemotongan pajak yang ditandatangani oleh Presiden Donald Trump saat itu adalah penyebab utama utang negara membengkak.
Bulan lalu, Biden meluncurkan rencana anggaran sebesar US$ 7,3 triliun (Rp 11.848 triliun) untuk tahun 2025 yang akan meningkatkan utang AS hingga melebihi 100% PDB.
Rencana ini bertujuan menghemat US$ 3 triliun (Rp 4.869 triliun) melalui pajak yang lebih tinggi selama sepuluh tahun.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor