BeritaInvestor.id – Pada 12 April 2024, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Inggris, mengumumkan pelarangan impor aluminium, tembaga, dan nikel dari Rusia. Sanksi ini merupakan langkah terbaru untuk menekan Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Langkah ini bukan tanpa konsekuensi. Rusia merupakan salah satu produsen utama logam-logam tersebut, sehingga sanksi ini menyebabkan pasokan global terganggu dan harga logam melonjak.
Dampak Terhadap Harga Logam
Harga aluminium dan nikel naik 9,4% dan 8,8% dalam sehari pasca pengumuman sanksi. Kenaikan harga ini berdampak pada berbagai sektor industri yang menggunakan logam tersebut.
Dampak Terhadap Pasar Saham Indonesia
Di Indonesia, emiten bahan baku yang terkait logam dasar, seperti MDKA, ANTM, dan BRPT, berpotensi diuntungkan dengan kenaikan harga logam. Emiten dengan pendapatan USD juga diprediksi mengalami kenaikan, karena nilai tukar rupiah terhadap USD melemah.
Namun, di sisi lain, emitenn teknologi, properti, dan konstruksi yang sensitif terhadap suku bunga dan pelemahan rupiah bisa ditekan.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Pasar
Selain sanksi terhadap Rusia, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi pasar saham Indonesia, antara lain:
- Pemilu 2024 yang berjalan lancar meningkatkan kepercayaan bisnis dan potensi menarik investasi ke Indonesia.
- ADB memprediksi inflasi Indonesia turun menjadi 2,8% di 2024 dan 2025.
- Kinerja emiten pertambangan dan energi perlu dicermati, seperti MEDC dan HRUM.
- ABMM membukukan kinerja positif dengan kenaikan pendapatan dan laba bersih di 2023.
- Harga energi juga mengalami kenaikan di tengah memanasnya konflik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah.
- Pasar menanti komentar dari anggota Dewan Gubernur The Fed terkait suku bunga dan perkembangan geopolitik.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor