BeritaInvestor.id – Krisis properti yang melanda China membawa dampak pada bank-bank besar di negara tersebut, dengan laporan peningkatan signifikan dalam kredit macet (non-performing loans/NPL) yang mereka alami.
Analisis Nikkei:
Berdasarkan analisis Nikkei terhadap laporan keuangan bank-bank besar China yang dirilis minggu ini, NPL di empat bank terbesar – Industrial and Commercial Bank of China, Bank of China, China Construction Bank, dan Agricultural Bank of China – melonjak 10,4% pada tahun 2023.
Jumlah NPL meningkat dari 1,117 triliun yuan (sekitar $155 miliar) pada tahun 2022 menjadi 1,23 triliun yuan.
Dampak Krisis Properti:
Meskipun keempat bank tersebut masih membukukan keuntungan pada tahun 2023, margin keuntungan mereka semakin tertekan akibat krisis utang di sektor real estate China.
Dorongan Pemerintah:
Pemerintah China mendorong bank-bank untuk meningkatkan pendanaan bagi pengembang properti yang masuk dalam “daftar putih” perusahaan.
Latar Belakang Krisis:
Sektor real estate China dilanda krisis sejak pertengahan tahun 2021, dipicu oleh masalah likuiditas yang dialami Evergrande, yang dulunya merupakan pengembang terbesar kedua di negara tersebut.
Evergrande saat ini sedang dalam proses likuidasi, dan beberapa pengembang lain juga mengalami masalah serupa dan mulai gagal bayar utang obligasi mereka. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa krisis dapat merembet ke sektor lain dalam ekonomi dan bahkan ke skala global.
Langkah Bank:
Meskipun NPL meningkat, bank-bank di China mengklaim memiliki cadangan yang cukup untuk menghadapi situasi ini dan akan mengendalikan risiko pinjaman kepada pengembang properti.
Implikasi:
Kesehatan sistem perbankan China sangat penting untuk stabilitas ekonomi negara secara keseluruhan. Kemampuan bank-bank China untuk mengelola NPL mereka akan menjadi faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam beberapa bulan dan tahun ke depan.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor