BeritaInvestor.id – Konflik yang terjadi di Laut Merah antara Amerika Serikat (AS) dan Inggris melawan Kelompok Houthi di Yaman berpotensi mendongkrak harga sewa kapal. Hal ini karena kapal-kapal yang hendak melewati Terusan Suez, Mesir, memilih untuk berputar melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) merupakan salah satu perusahaan pelayaran yang berpotensi untung dari konflik ini. Pasalnya, SMDR memiliki rute pelayaran yang menghubungkan Timur Tengah dengan Asia Tenggara.
Direktur Utama SMDR Bani M. Mulia mengatakan, kenaikan harga sewa kapal dapat berdampak positif bagi kinerja SMDR. Hal ini karena SMDR dapat menaikkan tarif sewa kapal kepada pelanggannya.
“Kenaikan freight rate bisa menguntungkan bagi kami, karena kami bisa menaikkan tarif sewa kapal,” kata Bani kepada Bisnis, Selasa (16/1/2024).
Bani menjelaskan, kenaikan freight rate disebabkan oleh berkurangnya pasokan kapal di dunia. Hal ini karena kapal-kapal yang hendak melewati Terusan Suez memilih untuk berputar melewati Tanjung Harapan.
“Rute melewati Tanjung Harapan lebih jauh dan memakan waktu lebih lama, sehingga biaya pengiriman juga meningkat,” kata Bani.
Selain itu, Bani juga mengatakan bahwa SMDR akan menambah rute pelayaran baru yang menghubungkan Timur Tengah dengan Asia Tenggara. Hal ini juga didorong oleh potensi kenaikan harga sewa kapal.
“Rute baru ini berpotensi memberikan hasil yang lebih baik,” kata Bani.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, konflik Laut Merah berpotensi menjadi katalis positif bagi saham SMDR. Hal ini karena SMDR memiliki posisi yang menguntungkan di tengah konflik tersebut.
“Kami merekomendasikan trading buy untuk saham SMDR dengan target harga Rp394-Rp406 per saham,” kata Herditya.
Herditya mengatakan, SMDR memiliki potensi untuk mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif pada tahun 2024. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga sewa kapal, ekspansi rute pelayaran, dan pemulihan ekonomi global.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor