BeritaInvestor.id – Transaksi layanan buy now pay later (BNPL) di Indonesia semakin meningkat. Sepanjang 2023, hingga Juni, transaksi BNPL tercatat sebesar Rp25,16 triliun. Namun, pertumbuhan transaksi tersebut dibayangi dengan tren nonperforming loan (NPL) yang tinggi.
Menurut data yang dihimpun PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), dari transaksi sebesar Rp25,16 triliun tersebut, sebanyak Rp2,15 triliun di antaranya atau 8,5% dari pinjaman paylater tersebut merupakan kredit bermasalah.
“Transaksi BNPL tercatat Rp 25,16 triliun, per semester I 2023, di mana nonperforming loan-nya sejumlah Rp 2,15 triliun,” ungkap Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito kepada CNBC indonesia, Jumat, (12/1/2024).
Jumlah transaksi pinjaman paylater itu pun terpantau telah naik 16% secara tahunan atau year on year (yoy). Pada periode yang sama, profil pengguna kebanyakan berasal dari gen Z dan milenial.
“Sekitar 50% peminjam berumur 20-30 tahun,” kata Dito.
Dito menjelaskan, tingginya NPL BNPL di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Peningkatan frekuensi penggunaan BNPL
Peningkatan frekuensi penggunaan BNPL dapat meningkatkan risiko terjadinya kredit macet. Hal ini karena pengguna BNPL cenderung lebih mudah untuk mengajukan pinjaman dan melakukan pembayaran secara berturut-turut.
- Tingkat literasi keuangan yang rendah
Tingkat literasi keuangan yang rendah dapat menyebabkan pengguna BNPL tidak memahami risiko dari pinjaman tersebut. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kredit macet.
- Tingginya biaya layanan
Biaya layanan BNPL yang tinggi dapat membebani pengguna. Hal ini dapat menyebabkan pengguna kesulitan untuk membayar pinjaman tersebut.
Dito mengimbau kepada pengguna BNPL untuk memahami risiko dari pinjaman tersebut sebelum mengajukannya. Selain itu, pengguna juga perlu bijak dalam menggunakan BNPL dan memastikan bahwa mereka mampu untuk membayar pinjaman tersebut.
OJK: Jumlah Kontrak BNPL Tembus 72,88 Juta, NPL 8,5%
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah kontrak pinjaman paylater (PP BNPL) di Indonesia per Mei 2023 mencapai 72,88 juta kontrak. Jumlah ini meningkat 33,25% secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan Mei 2022 yang sebesar 54,70 juta kontrak.
OJK juga mencatat bahwa nilai outstanding PP BNPL per Mei 2023 mencapai Rp25,16 triliun. Nilai ini meningkat 16% yoy dibandingkan dengan Mei 2022 yang sebesar Rp21,55 triliun.
Direktur Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Teguh Supangkat mengatakan, pertumbuhan PP BNPL yang tinggi tersebut didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
- Pemulihan ekonomi
Pemulihan ekonomi yang semakin membaik mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi. Hal ini turut meningkatkan permintaan terhadap PP BNPL.
- Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi digital memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan PP BNPL. Hal ini turut mendorong pertumbuhan PP BNPL.
Teguh mengimbau kepada pengguna PP BNPL untuk memahami risiko dari pinjaman tersebut sebelum mengajukannya. Selain itu, pengguna juga perlu bijak dalam menggunakan PP BNPL dan memastikan bahwa mereka mampu untuk membayar pinjaman tersebut.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor