BeritaInvestor.id – Serangan pesawat tak berawak dan rudal skala besar yang dilakukan oleh kelompok Houthi yang didukung Iran di Laut Merah pada Rabu (10/1) memicu kekhawatiran global.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan kapal Amerika Serikat (AS) yang “memberikan dukungan” kepada Israel selama perang melawan Hamas di Gaza.
Serangan tersebut diakui oleh militer AS, yang mengatakan bahwa pasukan Amerika dan Inggris menembak jatuh 18 drone dan tiga rudal yang diluncurkan oleh Houthi.
Saree tidak menyebutkan waktu atau lokasi serangan tersebut, namun seorang pemimpin Houthi, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa kejadian tersebut adalah kejadian yang sama.
Secara terpisah, Tawfiq Al-Humairi, penasihat Kementerian Informasi Houthi, mengatakan kepada AFP bahwa “serangan ini dianggap yang terbesar yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Yaman” sejak dimulainya kampanye Laut Merah terhadap kapal-kapal yang mereka anggap terkait dengan Israel.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps juga mengatakan itu adalah “serangan terbesar… hingga saat ini” yang dilakukan kelompok Houthi di Laut Merah.
Para pemberontak, yang merupakan bagian dari kelompok “poros perlawanan” yang dibentuk melawan Israel, telah melancarkan lebih dari 100 serangan drone dan rudal di Laut Merah selama perang yang sedang berlangsung di Gaza, menurut angka Pentagon.
Dampak Serangan terhadap Terusan Suez
Serangan yang dilakukan oleh Houthi di Laut Merah telah menyebabkan perusahaan pelayaran menghindari Terusan Suez – sumber pendapatan utama bagi Mesir ketika negara itu sedang berjuang menghadapi krisis ekonomi yang parah.
Angka Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan 35% lebih sedikit kargo yang diangkut melalui Terusan Suez pada minggu pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Para analis mengatakan dampak finansial, meskipun terbatas untuk saat ini, akan sangat merugikan jika serangan Houthi terus menghambat lalu lintas melalui arteri maritim utama yang menghubungkan Eropa dan Asia tersebut.
Jalur air buatan – yang resmi dibuka pada 1869 – sangat penting bagi Mesir, menghasilkan biaya transit sebesar US$9,4 miliar pada tahun fiskal 2022/23.
Sejak kelompok Houthi yang didukung Iran mulai menyerang kapal-kapal sebagai respons terhadap pemboman Israel di Jalur Gaza, perusahaan-perusahaan memilih rute yang jauh lebih panjang di sekitar Tanjung Harapan di Afrika.
Rute yang mengelilingi Afrika mengalami lonjakan kargo sebesar 67,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kata PortWatch IMF.
Mengutip situasi yang sangat fluktuatif, yang telah meningkatkan biaya asuransi, raksasa pelayaran Denmark Maersk mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya akan mengalihkan semua kapal menjauh dari Laut Merah di “masa mendatang.”
Kekhawatiran Global
Serangan Houthi di Laut Merah telah menimbulkan kekhawatiran global tentang keamanan jalur pelayaran internasional.
PBB telah menyerukan gencatan senjata di Yaman dan Terusan Suez, dengan mengatakan bahwa konflik tersebut telah “menciptakan lingkungan yang berbahaya dan tidak stabil.”
Amerika Serikat dan Inggris telah memperingatkan bahwa mereka akan menanggapi serangan Houthi di Laut Merah dengan kekuatan.
Perkembangan Selanjutnya
Serangan Houthi di Laut Merah kemungkinan akan terus menjadi perhatian global dalam beberapa bulan mendatang.
Jika serangan tersebut terus berlanjut, maka dapat menyebabkan gangguan yang lebih besar pada perdagangan global dan meningkatkan risiko konflik yang lebih luas.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor