BeritaInvestor.id – Harga batu bara berjangka di bursa ICE Newcastle, Australia, pada perdagangan Kamis (19/7/2023) ditutup menguat 1,2% menjadi US$147,80 per ton. Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan permintaan dari sejumlah negara di Asia, mulai dari China, Jepang, Korea Selatan hingga India.
Research and Development ICDX Girta Yoga memperkirakan harga batu bara masih akan menguat pada pekan ini. Hal ini didukung oleh masih tingginya permintaan batu bara dari sejumlah negara di Asia, terutama China.
“Sentimen yang menjadi fokus antara lain permintaan China yang masih tinggi untuk pembangkit listrik, peningkatan permintaan dari Jepang dan Korea Selatan, serta permintaan batu bara untuk kebutuhan industri di India,” ungkap Yoga kepada Investor Daily, Jumat (20/7/2023).
Yoga memperkirakan harga batu bara pekan ini akan bergerak pada rentang resistance US$148 – 150 per ton. Apabila mendapat katalis negatif, maka harga batu bara berpotensi menemui level support di kisaran harga US$143 – 140 per ton.
Yoga menjelaskan, selama pekan lalu yang berakhir 15 Juli, harga batu bara terpantau bergerak menguat sebesar 1,2%. Sedangkan sepanjang Juli, harga batu bara menguat sebesar 10,4%. Jika dilihat secara year to date (ytd), harga batu bara mengalami penurunan sebesar 62,65%.
“Peningkatan permintaan batu bara dari sejumlah negara di Asia menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga batu bara,” kata Yoga.
Yoga mengingatkan untuk tetap waspada adanya potensi koreksi pada harga batu bara. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan harga gas alam masih akan bergerak cenderung melandai pada pekan ini.
“Sentimen yang mempengaruhi datang dari kondisi stok gas alam, suhu di negara konsumen utama seperti Eropa, dan situasi di pasar batu bara,” tutupnya.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor