BeritaInvestor.id – Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun di Indonesia naik 7 bps menjadi 6,7% pada perdagangan Rabu (13/12). Kenaikan yield ini disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, depresiasi rupiah tersebut disebabkan oleh arus keluar modal asing dari pasar saham yang berlangsung sejak Selasa pekan lalu (5/12). Total nilainya mencapai US$ 238,9 juta.
“Depresiasi rupiah ini mengindikasikan kekhawatiran investor asing atas fundamental IHSG,” kata Lionel dalam risetnya, Kamis (14/12).
Sementara itu, euforia spekulatif melanda pasar global setelah rilis data inflasi PPI Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dibandingkan konsensus. Inflasi PPI AS bulan November 2023 turun menjadi 0,9% yoy, lebih rendah dari Oktober 2023 yang sebesar 1,2% yoy dan perkiraan konsensus 1% yoy.
Euforia spekulatif juga muncul setelah pengumuman proyeksi FOMC Desember dengan naiknya pemangkasan suku bunga The Fed 2024 menjadi 75 bps, dari perkiraan sebelumnya di 50 bps.
“Pasar memperkirakan suku bunga Fed akan turun 150 bps menjadi 4,5% di 2024 dengan peluang dovish pivot terjadi di kuartal I-2024 tepatnya pada Maret,” tutur Lionel.
Akibatnya, indeks obligasi EMBI untuk emerging market naik 0,7%, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun dan Bund masing-masing turun 18 bps dan 5 bps menjadi 4,02% dan 2,17%.
Dengan kondisi tersebut, yield INDOGB tenor 10 tahun berpeluang turun menuju rentang 6,6%-6,7% yang diikuti apresiasi rupiah menuju rentang Rp 14.500-Rp 15.500 per USD.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor