BeritaInvestor.id – Laba bersih emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kuartal III tahun 2023 tercatat turun 20,26% secara year on year (yoy) menjadi Rp469,31 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih emiten di BEI mencapai Rp528,5 triliun.
Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan, mengatakan bahwa penurunan laba bersih emiten-emiten di BEI pada kuartal III tahun 2023 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Penurunan laba bersih PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Pada kuartal III tahun 2023, GIAA mencatatkan rugi bersih sebesar USD72,38 juta, atau turun 119% dari periode yang sama tahun lalu.
- Kenaikan inflasi dan suku bunga di Indonesia. Kenaikan inflasi dan suku bunga membuat biaya produksi dan pembiayaan emiten-emiten meningkat, sehingga menekan laba bersih.
- Perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global membuat permintaan terhadap produk dan jasa emiten-emiten di Indonesia menurun, sehingga menekan laba bersih.
Verdi mengatakan bahwa jika kinerja GIAA dikecualikan, laba bersih emiten-emiten di BEI pada kuartal III tahun 2023 masih tumbuh 1,19% secara yoy.
Dari sisi pendapatan, emiten-emiten di BEI pada kuartal III tahun 2023 tercatat mengalami kenaikan 2% secara yoy menjadi Rp2.791,8 triliun.
Sektor yang menyumbang kenaikan laba bersih terbesar di kuartal III tahun 2023 adalah sektor properti dan real estate, dengan kenaikan 56,13% menjadi Rp13,96 triliun. Sementara itu, sektor infrastruktur menyusul dengan kenaikan 11,15% menjadi Rp41,74 triliun.
Sedangkan sektor yang mengalami penurunan laba bersih terbesar adalah sektor transportasi dan logistik, dengan penurunan 97,56% menjadi Rp1,51 triliun. Hal ini disebabkan oleh kinerja GIAA yang merugi.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor