BeritaInvestor.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (29/11/2023) pagi menguat 0,25% ke level Rp15.490/US$. Penguatan ini dipicu oleh sentimen The Fed yang diprediksi akan melunak ke depan.
Pada perdagangan kemarin, Selasa (28/11/2023), indeks dolar AS ambruk ke 102,74, posisi terendah sejak 10 Agustus 2023. Hal ini mencerminkan optimisme pasar yang melihat The Fed akan melunak ke depan.
Gubernur The Fed Christopher Waller pada Senin (28/11/2023) mengungkapkan rasa percaya dirinya jika kebijakan The Fed “saat ini sudah dalam posisi yang baik” dalam menekan inflasi.
Di sisi lain, aliran dana asing masih terus masuk ke pasar keuangan domestik. Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi dari 20 hingga 23 November 2023, yang mencatatkan beli neto investor asing sebesar Rp7,03 triliun.
Rinciannya mencakup beli neto Rp1,59 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp0,30 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp5,13 triliun di Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI).
Secara teknikal, tren penguatan rupiah dalam basis waktu per jam semakin kuat. Dengan penguatan yang terjadi kemarin, rupiah sudah berhasil menutup gap up yang sempat terjadi ketika rupiah melemah tajam pada 21 November 2023 lalu.
Dengan begitu, rupiah kini dalam jangka pendek semakin potensial menguji penguatan lanjutan ke support terdekat di Rp15.400/US$. Posisi ini didapatkan dari garis horizontal berdasarkan low candle 20 November 2023.
Kendati demikian, tetap perlu dicermati posisi resistance sebagai area pelemahan apabila ada pembalikan arah. Terdekat ada di posisi Rp15.500/US$ yang merupakan level psikologis sekaligus berdekatan dengan garis rata-rata selama 100 jam atau moving average 100 (MA100).
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor