BeritaInvestor.id – PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) diperkirakan akan menghadapi tiga katalis penting yang berpotensi memberikan dampak positif pada kinerjanya pada paruh kedua tahun ini. Hasil riset dari RHB Sekuritas mengidentifikasi ketiga faktor katalis tersebut dan memberikan optimisme untuk perusahaan ini.
Katalis pertama adalah peningkatan volume nickel pig iron (NPI) yang diproduksi oleh PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), anak perusahaan MDKA. Katalis kedua adalah kontribusi yang diperkirakan akan meningkat dari bisnis nickel matte. Katalis ketiga adalah rencana penjualan perdana bijih pada akhir 2023.
“Ketiga faktor ini diharapkan dapat mengimbangi kerugian yang tercatat di paruh pertama tahun 2023, yang disebabkan oleh biaya investasi awal,” tulis laporan riset RHB Sekuritas.
RHB Sekuritas telah menyesuaikan perkiraan pendapatan tahun 2023 untuk MDKA, dengan pemotongan sebesar 30%. Namun, pandangan lebih optimis diharapkan pada tahun 2024, dengan peningkatan pendapatan sebesar 45%.
Meskipun RHB Sekuritas merekomendasikan untuk tetap membeli saham MDKA, mereka telah menurunkan target harga dari Rp3.800 menjadi Rp3.200. Meski demikian, target harga baru ini masih mencerminkan potensi pertumbuhan sekitar 24% dari harga penutupan pada tanggal 17 Oktober, yang berada pada level Rp2.580.
Meskipun MDKA mencatatkan kerugian bersih sebesar US$49 juta di paruh pertama tahun 2023, RHB Sekuritas melihatnya sebagai situasi sementara. Mereka mengantisipasi peningkatan volume penjualan NPI yang akan didukung oleh unit smelter ketiga MBMA, yang telah mulai beroperasi pada Juni 2023.
Dengan tambahan produksi nickel matte, yang diharapkan mencapai sekitar 31 ribu ton untuk paruh kedua tahun 2023 dan sekitar 50 ribu ton tahun depan, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. MDKA berusaha mencapai margin yang stabil dari kedua produk ini, yakni EBITDA sebesar US$1.000 hingga US$1.500 per ton, serta untuk memulihkan biaya awal yang dikeluarkan sebelumnya.
Tidak hanya itu, MDKA berencana untuk memulai pengujian pengangkutan bijih pertamanya dari Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) pada akhir tahun ini, seiring dengan dimulainya fasilitas asam sulfat dari proyek AIM, yang merupakan bagian dari Merdeka Tsingshan Indonesia.
“Kami percaya bahwa kinerja operasional MDKA akan tetap solid. Kami belum memasukkan potensi nilai dari AIM, utilitas untuk kawasan industri, dan produksi emas dari proyek Pani, yang merupakan katalis potensial di masa depan,” kata laporan riset RHB Sekuritas.
Sumber daya bijih nikel limonit dan saprolit yang akan dipasok oleh Tambang SCM diharapkan akan mendukung berbagai bisnis hilir MBMA. SCM akan mengirim bijih nikel saprolit ke tiga smelter nikel berbasis teknologi RKEF di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah. Ini bertujuan untuk diproses menjadi nickel pig iron (NPI).
Dalam upaya untuk terus meningkatkan nilai produksi, MBMA baru-baru ini mengakuisisi 60% saham PT Huaneng Metal Industry (HNMI), pabrik konverter nikel yang sudah beroperasi pada Mei 2023. HNMI akan mengonversi NPI yang dihasilkan oleh tiga smelter RKEF menjadi nickel matte.
Hasil bijih nikel limonit yang dihasilkan oleh SCM akan dikonversi melalui dua pabrik HPAL (high-pressure acid leach). Kedua pabrik ini sedang dalam tahap perencanaan dan dijadwalkan akan beroperasi pada tahun 2025 di Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP), sebuah kawasan industri bahan baku baterai seluas 3.500 hektar. Kawasan ini akan dibangun di area konsesi Tambang SCM melalui kerja sama dengan berbagai mitra bisnis.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor